Menjadi Jurnalis Sungguhan
Menjadi Jurnalis Sungguhan
Penulis: Upit Sarimanah (pendidik MPUIN-Jakarta)
“Menjadi jurnalis?”, dahi saya mengernyit seketika membaca surat keputusan direktur Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, nama saya termasuk dalam formatur tim redaksi MP News (Berita Madrasah Pembangunan) periode 2016/2017. Dengan perasaan setengah tak percaya dan terkejut sekali, “Oh my God, bener ga nih?”, tanya saya dalam hati belum bisa menerima. “Alamak, yang benar saja”. Selama 11 tahun mengajar di MP, saya tidak menyentuh sama sekali bidang jurnalistik, pengalaman kewartawanan pun nol besar. Rasanya tidak pe de, “ bisakah saya?”
“Ok!, I must try something new. Ya Rabb, semoga hamba bisa mengemban amanah ini, berilah kemudahan, amiiin”. Pinta saya dalam hati sambil meyakinkan diri sendiri bahwa saya bisa, tak ada yang sulit jika ada kemauan untuk belajar. Bismillahirrahmaanirrahiim... .
MP News adalah berita bulanan sekolah yang terbit satu bulan sekali. Lembaga yang dipayungi unit SIDP (Sistem Informasi dan Publikasi) MP UIN Jakarta ini berada dalam komando Drs. Dani Wahyudi dan tim redaktur dikepalai oleh Sandy, S.Pd. Ada tiga unit sekolah dengan seabreg acara dan peristiwa yang akan jadi berita setiap bulannya, yaitu; Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madarasah Aliyah (MA). Saya dicemplungin menangani berita unit MI.
Terus terang saya belum pernah belajar menulis berita secara khusus. Apalagi menjadi jurnalis. Pernah sih, membayangkan menjadi seorang jurnalis sungguhan, menyaksikan langsung berbagai macam kejadian kemudian menuliskan dan memberitakan ke orang banyak. Kalau hanya membayangkan saja sangat-sangat mudah la yau... , lalu menuliskan beritanya???. Ini yang membuat berpikir keras. Kudu belajar dulu ini mah... .
Ceritanya, keluar deh jiwa pembelajarnya, baca-baca bukunya dulu ah. Termotivasi oleh Kathryn Lasky “I believe that reading widely is the best preparation for writing” menulis adalah persiapan terbaik dalam menulis. Rencana hati ingin hunting buku tentang jurnalistik tetapi ada saja kendala yang menghampiri. Keinginan melalap bacaan cara menulis berita pupus sementara. “Baiklah, tidak apa di lain kesempatan saja beli bukunya, sementara mbah google dulu ”, pikir saya dalam hati. Saya mulai browsing mengumpulkan referensi bagaimana tips menulis berita dan mengkopinya dalam satu forlder khusus. Done... .
Akhirnya, eng ing eng ... terjun, ... . Saya mulai kejar peristiwa-peristiwa di unit MI dan mengikuti event yang ada lalu memilah informasi yang layak dituangkan jadi berita. Peribahasa lama mengatakan tak ada rotan kayu pun jadi. Tak ada buku dan pelatihan khusus pun mampu melahirkan berita perdana. Lembaran lama edisi MP News, berita daring, dan berita koran saya jadikan referensi contoh menulis. Tak lupa pula, mempraktekan tips singkat menulis berita yang baik dan benar seperti di bawah ini.
Pola Piramida Terbalik (Inverted pyramid)
Piramida terbalik menyusun berita secara deduktif di mana kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu. Berita terpenting dan penting ‘lead’ atau teras berita diawali dengan unsur 5W+1H di alinea pertama dan kedua, berikutnya masuk kedalam katagori kurang penting. Semakin ke bawah merupakan penjelasan dan keterangan tambahan saja jika diperlukan.
Bagi pembaca berita, piramida terbalik memudahkan menangkap inti pesan, sebab informasi utama langsung disuguhkan di alinea awal. Bagi editor dan penyunting tentunya akan memudahkan menghilangkan bagian-bagian akhir yang tidak penting jika ingin menghemat space halaman.
Prinsip ‘ADIK SIMBA’
‘ADIK SIMBA’ adalah akronim dari teknik memori jembatan keledai untuk menulis berita menggunakan rumus 5W+1H yaitu;
Apa (what)
Dimana (where)
Kapan (when)
Siapa (who)
Mengapa (why)
Bagaimana (How)
Urutan di atas tidak baku, bisa juga dengan urutan Who What When Why How (siapa melakukan apa kapan di mana dan bagaimana)
Gaya penulisan
Karena sifat tulisan jurnalistik sebagai media komunikasi massa, maka karya jurnalistik menjangkau ribuan bahkan jutaan khalayak pembaca. Jadi, dibutuhkan bahasa yang pas dan sesuai dengan pemahaman semua pembaca. Sejalan dengan Rudolph Felsch mengembangkan “ skala kemudahan-untuk-dibaca,” (readable) agar pembaca dengan sangat mudah mencerna maksud tulisan.
Oleh karena itu disarankan memilih diksi dan tata bahasa yang mengena, spesifik, lengkap, jernih, luwes, dan lugas. Menggunakan kalimat aktif sangat disarankan daripada kalimat pasif, karena penggunakan kalimat aktif ada ‘sense’ lebih tegas dibanding kalimat fasif yang lebih datar nuansanya.
Wow, semoga ada pencerahan pemahaman tentang menulis berita ya, ... . Selayaknya, pembelajar tidak akan berhenti belajar. Kuseka bulir-bulir kristal di dahi, penglihatan blurrrr. Tak terasa sudah empat jam bercengkrama dengan laptop kesayangan. Amanah ini insyaallah menjadi media latihan menulis menuju profesi jurnalis sesunguhnya. Yah, jurnalis berdedikasi tinggi dan bertanggung jawab yang memberikan informasi aktual,faktual, informatif, dan terpercaya. Teruslah menebar manfaat!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang sangat inspiratif. Keren banget.
Terima kasih pa leck... seneng sy d komentari suhu lagi
Wow sang jurnalis cantik...
Terimakasih kasih bu dati cantik. Ehem jd malu sy
Asyik dapat ilmu lagi nih.
Sama2 belajar pa yudha
Keren bu...lanjutkan
Semangat jg buat pa abd. Aziz
Wah hebat bu, ..... Semoga sukses
Terim kasih b maryati dah mau mampir