Bismillaahirrahmaanirrahiim

Malam ini aku menarikan kembali jari jemariku di atas keyboard mungil, melukiskan mendung yang menyelimuti hati orang-orang yang aku cintai. Mendung yang aku harap segera berlalu dengan hikmah yang tersembunyi dibalik kedatangannya.

Peristiwa malam ini, mengingatkanku pada kejadian 15 tahun yang lalu. Sosok mulia yang menjadi cinta pertamaku, yang telah mengenalkanku akan keesaan Sang Pencipta, yang mengajariku bagaimana bermuamalah denganNya dan dengan makhlukNya, tiba-tiba harus meninggalkan dunia untuk selamanya. Ya..., Bapak telah berpulang menghadapNya. Saat itu adalah 40 hari sebelum pernikahan Dwi, adik keduaku. Duka mendalam tak bisa dilukiskan dengan kata, kusaksikan adikku berulang kali tak sadarkan diri. Namun keimanan akan kebesaran dan takdirNya, membuat kami segera bangkit. Menata hati kembali, memenuhinya dengan kesabaran dan keikhlasan atas segala ketentuanNya.

Malam ini, tepatnya pukul 19.02, aku menerima pesan singkat di ponselku. Kubaca, dan seolah tak percaya. Tiga pesan dari Zida, adikku yang bungsu, mengabarkan bahwa calon bapak mertuanya dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta. Innaa lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun. Ya Allah Yaa Rabb, padahal beliau baru saja memesan undangan untuk pernikahan putranya dan Zida, yang insyaAllah akan dilangsungkan bulan September mendatang. Tak ada untaian kata yang indah, selain doa yang terpanjat ke hadiratNya. Semoga Allah SWT mengampuni semua dosanya, dan menerima semua amal kebaikannya, serta menempatkan di surgaNya yang teridah bersama Rasulullah SAW.

Teruntuk adikku dan calon adik iparku serta keluarga besar, mudah-mudahan Allah menganugerahkan kesabaran dan keikhlasan yang tiada batas.

Kullu nafsin dzaa iqatul maut, kita adalah milikNya dan akan kembali kepadaNya. Kapanpun Allah nanti memanggil kita, mudah-mudahan dalam keadaan husnul khotimah

T-1