UNDIROTUL WANITA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DALAM RINDU ADA HARAP

DALAM RINDU ADA HARAP

#Bismillah...

Pagi itu aku memasuki gerbang madrasah. Sepi, lengang, hanya terlihat beberapa sepeda motor terparkir. PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sedang diberlakukan, hanya 25% dari pegawai dan guru yang melaksanakan WFO (Work From Office), selebihnya WFH (Work From Home). Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya masyarakat yang terpapar virus Covid-19 dan meningkatnya korban meninggal dunia akibat virus tersebut.

Setelah memarkir sepeda motor, aku menuju ke ruang guru. Nampak 4 guru telah hadir dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ruang guru yang biasanya penuh dengan canda untuk menghilangkan penat selepas mengajar, pagi itu terasa hening. Hanya terdengar suara pemaparan materi dari laptop seorang guru yang sedang mengikuti webinar, juga suara sayup ketikan laptop guru lain yang sedang mempersiapkan pembelajaran, sesekali terdengar canda mereka untuk menyegarkan suasana.

Setelah meletakkan tas dan menyapa guru yang hadir, kulangkahkan kaki menuju kantor tata usaha untuk mengambil blanko ijazah anak kelas 9 yang harus kuisi. Dari ruang guru menuju ruang tata usaha, aku harus melewati tiga ruang kelas lengkap dengan tamannya. Kuperhatikan taman yang sekarang tertata rapi, segar dan tanamannya dapat tumbuh kembang dengan leluasa, enak dilihat. Tapi aku menangkap satu pesan dari taman itu, bahwa mereka sedang merindu. Rindu pada tangan-tangan jahil yang seringkali iseng memetik daunnya, atau tangan-tangan mungil yang mengambil bunganya hanya untuk sekedar diselipkan di kerudung biar nampak seperti gadis Bali. Ya..., taman-taman itu kurang lebih 1,5 tahun tidak lagi mendengar suara gaduh anak-anak yang keluar dari ruang kelas saat istirahat atau waktu pulang tiba. Karena anak-anak belajar dari rumah (BDR). Hal ini diberlakukan sebagai salah satu ikhtiar pemerintah untuk menyelamatkan anak negeri dari bahaya virus Covid yang terus mengintai. Sampai kapan BDR berlangsung? Semuanya menggeleng, semuanya terdiam, semuanya menjawab tak mengerti (kata musisi legendaris Ebid G Ade)

Tidak hanya taman yang merindu, ruang kelas dan seisinya juga mempertanyakan kemanfaatan mereka. Keberadaannya saat ini seolah tak ada gunanya. Seakan hanya sebagai pelengkap, agar bangunan itu disebut sekolah atau madrasah. Bahkan di salah satu sudut pintu, kulihat pasukan anai-anai berbaris rapi, mulai menempati titik-titik strategis untuk tempat tinggal mereka.

Kubuka pintu itu, kutatap dalam-dalam ruangannya. Masih lekat di anganku, bagaimana antusiasnya peserta didik saat belajar, meskipun yang kuajarkan Mapel agama. Kusediakan sesi Q&A (Question and Answer), sesi yang selalu ditunggu. Banyak sekali ragam permasalahan hidup yang mereka paparkan saat pembelajaran, rasa keponya terlalu besar. Bahkan tidak jarang mereka kaitkan materi agama dengan perkembangan teknologi. Juga dikaitkan dengan tugas perkembangannya sebagai adolescent, hingga terjadilah diskusi seru.

Tak hanya sesi Q&A yang mereka tunggu, cerita hikmah selalu mereka minta untuk mengakhiri pembelajaran. Mereka dengarkan ceritaku dengan seksama, sampai beberapa di antara mereka ada yang meneteskan butiran bening air mata. Moment-moment seperti inilah yang selalu kurindu. Yang entah kapan lagi bisa terjadi.

Saat ini aku hanya bisa membersamai peserta didikku lewat e-learning, google classroom ataupun google meet. Kami hanya bisa bertemu di ruang maya, bertatap muka di layar kaca. Tentu sangat berbeda efeknya.

Namun bagaimanapun semua pasti ada hikmahnya. Baik guru maupun peserta didik mulai melek IT. Guru mulai belajar membuat video pembelajaran dengan beragam aplikasi, baik belajar mandiri melalui tutorial di youtube, maupun mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh penyedia jasa. Tujuannya hanya satu, bagaimana agar bisa menciptakan pembelajaran jarak jauh yang menarik dan mudah difahami oleh peserta didik. Dari pihak peserta didik juga dituntut sama, terkadang guru memberikan tugas kepada mereka untuk membuat video drama, atau video presentasi secara kelompok. Ternyata banyak peserta didik yang mahir mengotak atik aplikasi, hingga menghasilkan video yang luar biasa.

Namun perlu dicatat, bagaimanapun hebatnya teknologi, tidak akan bisa menggantikan peran guru. Pembelajaran akan lebih bermakna jika terjadi interaksi langsung antara guru dan peserta didik. Untuk itu kita tetap berharap dan menggantungkan asa, memohon pada Sang Pencipta, mudah-mudahan pandemi segera berlalu, hingga rindu kita akan tatap muka segera menjelma menjadi nyata.

Anganku ambyar seketika, sebuah tepukan mendarat dipundakku. Ah... Bu may... sahabatku. Aku segera tersadar dan melangkahkan kaki kembali menuju ruang tata usaha.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga lolos ya Ibu Undirotul Wanita. Baarakallaahu fiik

13 Aug
Balas

aamiin, terima kasih Pak Guru, wallaahu yubaarik fiikum

13 Aug

ALhamdulillah...

10 Aug
Balas

Aamiin, trm ksh Pak Guru, wallaahu yubaarik fiikum

13 Aug



search

New Post