Pohon di Kepala
Oleh : Umi maghfiroh
# Tagur hari ke 68
# Remidi 3
‘Bundaaa . . . ” terdengar Ara memanggil Bunda sambil menangis.
“Sayang, ada apa, pulang bermain kok menangis?” tanya Bunda.
“Bunda, Ara tadi menelan biji buah anggur. Kata kak Riko nanti di kepala Ara akan tumbuh buah anggur. Ara ndak mau, Bund.” ucap Ara sambil menangis.
“Ara, kak Riko hanya becanda. Tidak mungkin akan tumbuh buah anggur di kepala Ara” ujar Bunda meredakan tangis Ara.
“Benar, Bund, nanti tidak tumbuh pohon anggur di kepala Ara” kata Ara ragu-ragu.
“Benar. Ara tahu bagaimana biji bisa tumbuh?” kata Bunda sambil menarik badan Ara agar duduk dipangkuannya.
“Harus ditanam, Bund” jawab Ara
“Betul, apa lagi?” tanya Bunda lagi
“Apa, ya, Bund . . .” jawab Ara memandangi Bundanya.
Bunda tersenyum, “Biji bisa tumbuh kalau ditanam di tanah dan cukup mendapatkan sinar matahari dan udara. Di badan Ara, kan tidak ada itu semua.” kata Bunda menenangkan Ara.
“Dan yang paling penting, saat biji anggur tertelan oleh Ara, akan dihancurkan oleh lambung seperti makanan yang lain. Jadi tidak mungkin biji anggur itu akan tumbuh di kepala Ara” kata Bunda lagi.
“Ah, Kak Riko jahat, bikin Ara takut” kata Ara. Riko, kakak Ara itu memang suka sekali mengganggu adiknya.
“Assalamualaikum . . .” terdengar suara Riko dari depan
‘Waalaikum salam” jawab Bunda,
“Kak Riko nakal, bohongi Ara!” teriak Ara sambil mengejar kakaknya.
‘Salah sendiri percaya” jawab Riko menghindari kejaran Ara dan sembunyi dibelakang Bunda.
“Sudah, sudah. Riko, minta maaf sama adikmu” perintah Bunda.
“Ya udah, maafkan kakak, ya, Ara sayang” kata Riko sambil menyodorkan tangannya. Tapi Ara diam saja karena masih kesal.
“Ara, kak Riko sudah minta maaf, tuh, masak tidak dimaafkan?” ucap Bunda sambil menowel pipi gembul Ara.
“Oke, tapi jangan diulangi lagi, ya” kata Ara menyambut tangan kakaknya. Bunda dan kak Riko tertawa mendengar ucapan Ara menirukan Bunda.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Jadi inget waktu kecil. Ngebayangin tumbuh pohon kalau nelen biji2 an wkk... Keren...
He he he. Iya Bund pengalaman yg sama di waktu kecil. Twrimankasih telah berkenan mampir disini. Sukses selalu untuk Bunda Ernasari
Cernaknya keren dan mantap. Senang membacanya. Salam sehat dan tetap berliterasi.
Terima kasih, apresiasinya, Bund. Terus belajar agar bisa lebih baik lagi. Sukses selalu untuk Bunda Sulastri Panoet.
Pengalaman masa kecil, saya makan biji langsep. Sama persis, kata teman-teman nanti tumbuh lalu dicabut dari mulutnya terus lidahnya ikut tercabut. Mulai sore hingga malam menangis.
Cernak nan menawan. Sehat dan sukses selalu Bu cantik
Terima kasih, Bund. berkenan mampir disini. Sehat san sukses selalu u tuk Bunda Elvina
Cernak yg keren bunda slm sukses...
Terima kasih, Bund apresuasinya. Sukses selalu untuk Bunda
Mantap dan keren cernaknya Bun. Lanjut cernak berikutnya, semoga sehat dan sukses selalu.
Aamiin. Terima kasih, Pak, atas apresiasinya. Masih harus belajar agar lebih baik lagi. Sehat dan sukses selalu untuk Pak Suhaimi.
Mantap dan keren bun cernaknya, apalagi lihat gambarnya. Salam sukses.
Hehehe, gambarnya yang keren, ya, Bund. Terima kasih telah mampir, Sukses selalu untuk Bunda Maemunah
Hi hi, mitos di waktu kita kecil. Sampai ketakukan kalau makan buah bijjinya tertelan. Sukses untuk cernak ilmu pengetahuan.
Iya, Bu Ririn, mitos ini juga yang membuat saya dulu ketakutan. Terima kasih apresiasinya, Bu. Sykses selalu untuk Bu Ririn.
Wah, cernak yang cakep banget. Sip markisip, Dek. Lanjutkan dgn cernak2 lainnya. Sukses untuk sampeyan, Dek.
Alhamdulillah. Terima kasih, Mbak. atas semua dukungan dan motivasinya. Sukses selalu untukmu, Mbakku tersayang.