Tema Hari Guru Nasional tahun ini sangatlah keren. Namun saat ini, tema tersebut menjadi sebuah impian yang semoga akan terulang lagi.

Betapa tidak, keberdayaan guru dalam memdidik dan membimbing siswa-siswinya saat ini sangatlah dibatasi. Dibatasi oleh 'kearoganan oknum wali siswa, kesewenangan oknum pejabat, juga ketidak pedulian oknum siswa saat pembelajaran'.

Sejak 2003 sampai sekarang saya mengajar. Terasa sekali penutunan kualitas adab dan etika dari tahun ke tahun. Sekarang sudah tidak kental lagi jabat tangan saat mereka meninggalkan kelas. Tiada lagi kata 'permisi' saat mereka lewat di depan gurunya. Tiada lagi anggukan kepala saat berpapasan dengan gurunya.

Bukan berarti kami 'gila rasa hormat dan ingin dihormati' namun, sebagai masyarakat yang terkenal dengan keramahan dan kekentalan unggah-ungguh' nya, seperti kehilangan jati diri. Nelangsa rasanya. . .

Lantas, apakah guru harus diam, menyaksikan semua ketidak baikan yang terjadi? Jadi serba salah. Mungkin 'diam' adalah pilihan yang tidak baik, karena dengan dalih 'membiarkan' kesalahan terjadi didepan mata, dimana itu adalah tanggung jawab guru, maka guru salah. Namun, jika kita ikut menegur, bisa jadi itu kesalahan juga, karena oknum ortu bisa tidak terima dengan teguran kita, dan menganggap benci/pilih kasih dengan anaknya. Entahlah. . .

Keadaan ini, jika terus berlanjut tanpa ada jalan tengah yang menjamin keselamatan dan kenyamanan guru dalam mengajar, maka bisa dipastikan "Darurat adab dan etika pada siswa" akan terus berlanjut. Semoga, di hari Guru ini, semua guru tetap semangat mengajar, mendidik dan membimbing generasi bangsa. . . .

Selamat Hari Guru Nasional ke 79 untuk semua Guru di Indonesia.