Mensyukuri Nikmat Oksigen

Di suatu kelas. Beberapa siswa baru saja selesai melakukan presentasi tentang sistem respirasi. Waktunya untuk memberikan penguatan. Aku awali dengan cerita. Satu saat, aku menemukan slip pembayaran rumah sakit atas nama ibu. Dari sekian biaya yang tertera, ternyata yang paling besar adalah biaya keperluan oksigen. Tahukah kalian, berapa harga oksigen per liternya?” tanyaku pada anak-anak.

“Tidak tahu, Bu,” jawab mereka serempak.

“Selama delapan hari rawat inap, kami harus membeli oksigen sebesar 2 jt rupiah. Mahal atau murah, tanyaku kemudian? Mahal, Bu. Jawab mereka kompak.

“Benar sekali. Harga tersebut cukup mahal.” “Nah, kita sampai saat ini masih diberikan kesehatan, bisa bernafas tanpa harus membayar, gratis dari Sang Pencipta... Belum kulanjutkan penjelasanku, tiba-tiba... "Terima kasih, ya Allah. Seru satu siswa dengan semangat diikuti teman lainnya." “Ya begitulah seharusnya. Hal yang mesti kita lakukan, bersyukur. Apakah cukup dengan ucapan alhamdulillah?” tanyaku lagi. Tidak cukup, tetapi dengan tindakan juga, Bu. "Menjaga kesehatan, beribadah dengan benar, melakukan kebaikan, sahut lainnya." “Satu lagi anak-anak, jangan sampai menggunakan anggota tubuh kita untuk bermaksiat." Tambahku. Semakin kita mempelajari proses biologis tubuh, maka makin banyak ilmu yang akan kita dapatkan. Demikian pula rasa penasaran kita terhadap banyak hal kian besar. Ibu yakin, setelah kita mengerti, akan semakin bersyukur. Sebab, betapa Kuasa dan Maha Pemurahnya Allah pada kita. Namun, kita sering lupa karena menganggap bernafas, bergerak, dan hal lainnya adalah sesuatu yang biasa. Nah, setelah kita belajar lebih dalam, barulah sadar bahwa semua yang terjadi dalam tubuh kita adalah sesuatu yang luar biasa. Diskusi pun berlanjut...