Perpisahan
Kami berangkat bersama rombongan sekitar pukul 1.30 WAS. Semua jemaah dipastikan sudah masuk kendaraan, bus yang sudah dicarter KBIH. Setelah menempati tempat duduk masing-masing, kami membaca talbiyah dan selawat. Tidak lama, kami pun sampai di parkiran. Pemberhentian jemaah yang terletak di bawah tower zam-zam. Bagi yang belum mempunyai wudu, diberi waktu untuk bersuci terlebih dahulu dan segera bergabung dengan rombongan untuk melakukan tawaf wadak, tawaf perpisahan. Itu berarti kami akan segera meninggalkan kota kelahiran Nabi.
Ternyata suamiku batal wudunya pas di perjalanan. Karena takut ketinggalan rombongan, kami tetap ikut masuk Masjidil Haram dan berniat wudu di sana. Namun, rombongan tetap melanjutkan perjalanan, sementara aku dan suami mencari tempat wudu. Akhirnya kami terpisah dari rombongan dan tawaf mandiri.
Rasanya baru beberapa putaran kami mengelilingi kakbah, tawaf sudah selesai. Ya, karena kami tawaf dekat dengan kakbah, sehingga putarannya lebih pendek. Kami menambah satu putaran lagi, aku ingin sekali menyentuh kakbah. Kami berputar mendekat kakbah seperti yang kuinginkan. Tiba-tiba bahuku ditepuk seseorang, "Ini teman kita," katanya. Aku menengok. Dia juga bersama suaminya, sekilas tampak berseragam batik nasional, sama dengan kami.
"Mbak ingin menyentuh kakbah?, tanyanya kemudian. Aku mengangguk.
"Ayo bareng," ajaknya. Kami melanjutkan putaran bersama. Aku tidak begitu memerhatikan temanku tadi karena berusaha menyelesaikan doa sebelum meninggalkan Masjidil Haram.
Mendekat ke rukun Yamani, tiba-tiba aku dipanggilnya. "Ayo Mbak ke sini." Kok tiba-tiba saja dia sudah didepanku, batinku. "Setelah suamiku selesai dan keluar kerumunan, Mbak segera masuk ya," katanya sambil tersenyum. Tangan kanannya menyentuh kakbah dan tangan kirinya melambai ke arahku. "Baik," jawabku dengan senang hati. Aku segera mengikuti intruksinya, sementara suamiku menjagaku dari belakang. Alhamdulillah, ucapku lirih.
Begitu dua tanganku menyentuh kakbah, air mataku tak terbendung, rasa haru, syukur berbaur menjadi satu. Segala doa yang kuingat pun kupanjatkan.
Rasanya masih belum puas kusampaikan uneg-unegku. Suami memintaku menyudahi dan memberi kesempatan kepada teman lain agar bisa mendekat. Aku menurutinya. Meskipun tidak lama, aku sangat bersyukur dapat berdoa tepat di dinding kakbah. Alhamdulillah ya Allah.
Selepas tawaf, kami mencari tempat untuk melaksanakan salat sunah tawaf. sembari berjalan, suamiku bertanya, "Dek, kamu kenal dua orang tadi?" "Tidak." Jawabku singkat. Aku juga heran, dari mana mereka, tiba-tiba saja mengikuti kami. Padahal kami tadi mulai tawaf tidak bersama rombongan atau teman dari rombongan lain yang setanah air. Mereka kok tahu kalau kami sudah selesai tawaf, anehnya mereka ngerti aku ingin mendekat dan menyentuh kakbah, batinku penasaran. Wallahu a'lam. Ah, sudahlah. Bukankah keinginanku sudah dikabulkan. Terima kasih ya Allah.
Waktu subuh belum tiba. Aku ingin melaksanakan salat tahajud terakhir di Masjidil Haram. Suamiku mengiyakan. Aku tidak bisa membayangkan, betapa sedihnya harus segera meninggalkan kota Suci Makkah setalah ini. Air mataku tiada dapat kutahan. Ya Alloh, panggilah kami kembali, beribadah di Tanah Suci. Rasanya belum puas hati kami, setelah sekian lama kami menanti, begitu singkat kami singgah di sini.
Kami akan rindu saat-saat tawaf, berdesakan memanjatkan doa dan mohon ampunan. Juga saat berebut tempat salat. Kami rindu bersegera berangkat agar bisa berjamaah di dalam Masjid-Mu. Rindu berlari-lari antara sofa dan marwa mengumandangkan kalimat tayibah dan selawat. Kami juga rindu bertemu dengan saudara kami yang berbeda bangsa. Rindu hangatnya kota suci Makkah dan damainya kita Nabi Madinah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar