Rumahmu Surgamu
Judul Buku : Surgamu Ada di Rumahmu
Penulis : Ummu Haunan
Penerbit : Multazam
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku : 160 halaman
Secara garis besar, melalui buku ini, penulis mengajak para wanita yang sudah berumah tangga untuk menjalani perannya, tetapi tetap bisa berkarier. Buku ini terdiri dari sembilan bab. Saya akan mencoba mengulas satu per satu. Berikut penjelasannya.
Bab 1. Wanita dalam pandangan Islam
Dalam beberapa ibadah seperti salat, puasa, zakat, dan haji wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan pria. Namun, dari sisi ketaatan, kuantitas, dan kualitas ibadah atau ketakwaan, keduanya berbeda. Perbedaan tersebut karena tugas dan fungsi masing-masing yang berbeda sesuai fitrahnya. Hal tersebut didukung oleh bentuk fisik dan kondisi psikologis mereka. Wanita lebih mengedepankan perasaan disbanding akalnya. Oleh karenanya, aturan syariat untuk wanita pun berbeda.
Wanita diibaratkan mutiara, semakin terjaga, semakin mahal harganya. Wanita juga dipandang sebagai perhiasan dunia yang dapat membawa pengaruh besar bagi lingkungan sekitarnya. Seorang ahli hikmah berkata, “Wanita adalah tiang Negara. Apabila ia baik, maka baiklah suatu Negara. Namun, apabila ia rusak, maka rusaklah Negara.”
Bab 2. Peran dan Fungsi Wanita
Sejatinya, wanita dengan karakteristik dan kodratnya di dunia ini memiliki tiga peran dan fungsi. Pertama, ia sebagai hamba Allah. Artinya, wanita diciptakan di bumi ini untuk beribadah kepada Allah Swt. adapun bentuk ibadah tidak hanya terbatas pada salat, puasa, zakat, dan ibadah haji, tetapi berkaitan dengan segala aktivitas. Misalnya, dalam cara berpakaian, makan, minum, tidur, menuntut ilmu, muamalah dengan sesame, mengasuh anak, dan kegiatan baik lainnya.
Kedua, sebagai ibu rumah tangga. Ketika seorang wanita sudah berumah tangga, ia otomatis menjadi pengurus rumah tangga. Ia mendampingi suaminya dan mengasuh anak-anak. Ketiga, sebagai pendidik anak. Anak-anak dilahirkan dengan potensi yang dapat diarahkan menuju hal baik atau buruk. Dengan demikian, menjadi tanggung jawab orang tua untuk mengarahkan potensi tersebut kea rah yang diridai Allah. Terlebih bagi seorang ibu, ia adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Bab 3.Bab 3. Hak dan Kewajiban Wanita
Segala sesuatu diciptakan berpasangan. Begitupun pria dan wanita atau suami dan istri. Keduanya mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Ada beberapa kewajiban istri atas suami. Pertama, menaati suami dalam hal kebajikan. Kedua, menjaga hartanya, melindungi kehormatannya, dan tidak keluar rumahkecuali dengan izinnya. Ketiga, ikut bepergian dengan suami ketika dikehendakinya. Keempat, melayani keinginan suami saat suami menginginkannya. Kelima, meminta izin suami ketika hendak berpuasa sunah apabila suami di rumah.
Bab 4. Wanita Karier
Cikal bakal wanita karier adalah wacana tentang emansipasi wanita yang memperjuangkan persamaan hak maupun status sosial laki-laki dan perempuan. Gerakan ini tumbuh di eropa. Mereka beralasan wanita yang tinggal di rumah, eksistensi dirinya terpasung dan tidak produktif. Mereka menganggap wanita secara intelektual sama dengan laki-laki. Mereka juga menganggap ibu rumah tangga adalah profesi tanpa nilai. Berawal dari pemikiran tersebut, wanita banyak yang beralih fungsi menjadi wanita karier.
Berbeda dengan emansipasi di Barat, wanita Indonesia berapologi sebagai Kartini bangsa. Cita-cita dan perjuangan Kartini menjadi pijakan untuk menapaki kesetaraan gender. Padahal, sejatinya perjuangan Kartini lebih kepada hak pendidikan para perempuan, pemberdayaan wanita sebagai istri dan seorang ibu. Selain itu juga sebagai penghapusan segala adat Jawa yang bernuansa feodalistik.
Pengusaha Elson dan Pearson menyatakan bahwa mempekerjakan wanita untuk jenis pekerjaan tertentu sesungguhnya adalah strategi pengusaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah. Jadi, bukan karena wanita yang lebih cocok menangani pekerjaan tersebut. Kaum buruh wanita lebih bersikap menerima, penurut dan mau digaji lebih rendah dari kaum pria.
Seorang ilmuwan Inggris, Samuel Simels mengatakan, “Sesungguhnya sistem yang mengatur wanita sibuk bekerja di industry-industri, sekalipun hal itu menjanjikan kesejahteraan, tetapi ia berakibat merobohkan mahligai kehidupan rumah tangga. Merobohkan sendi-sendi keluarga, merusak ikatan sosial, dan merampas istri dari suaminya dan anak-anak dari kaum kerabatnya.”
Bab 5. Para Wanita Berapologi
Sudah menjadi suratan takdir Ilahi bahwa godaan terbesar wanita adalah dunia. sebagian wanita berkarien pun untuk tujuan dunia. Apologi yang mereka ungkapkan bermacam-macam. Pertama, karena kebutuhan rumah tangga. Kedua, ingin mendapatkan kedudukan dan popularitas. Ketiga, karena ingin mengaktualisasi diri dan mengaplikasikan ilmunya.
Bab 6. Ketika Wanita Mengutamakan Karier
Ketika wanita lebih mengutamakan karier, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah terbentuknya karakter yang buruk, misalnya menjadi berani melawan atau ketaatannya berkurang. Kemungkinan berikutnya adalah terbengkalainya urusan rumah tangga dan menelantarkan anak. Mungkin juga dapat membongkar aib keluarga. Hal yang mungkin terjadi lainnya adalah kasus perselingkuhan, pemerkosaan, dan perceraian. Apabila banyak wanita memilih berkarier, tentu akan mengurangi lapangan kerja bagi kaum pria.
Bab 7. Kembali ke Rumah
Dalam upaya mengatasi problematika rumah tangga dibutuhkan pengetahuan, kesadaran, dan kesediaan untuk berubah menjadi lebih baik. Yakni, menyadari untuk melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing antara suami istri. Suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga. Namun, meski status ibu rumah tangga mulia, banyak wanita yang merasa malu karena masih dipandang sebelah mata.
Hidup ini pilihan . sebagaimana Allah memberi pilihan pada hamba-Nya untuk mengikuti jalan kefasikan atau ketakwaan. Apabila konsep diri negatif, maka wanita menjadi ibu rumah tangga akan merasa minder dan tak bahagia menjalani perannya. Sebaliknya, apabila wanita memiliki konsep diri positif, ia akan berupaya ikhlas menjalani perannya. Sebagai muslimah meskipun menjadi wanita karier, tetapi tidak boleh melalaikan tugas pokoknya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.
Bab 8. Menjadi Wanita Salehah
Wanita salehah bukanlah mereka yang membantu suami mencari nafkah di luar rumah. Namun, wanita yang taat kepada Allah, Rasul-Nya, orang tua, dan suaminya, dan penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya.
Bab 9. Kisah dan Hikmah
Bagian ini, mengisahkan para wanita hebat yang bisa menjadi teladan. Seperti kisah Khadijah al Kubra, istri Rasulullah saw. yang setia dan menguatkan suami di saat suami menghadapi cobaan. Fatimah binti Rasulullah saw. Pengadian dan kesetiaan pada suami dan keluarganya yang tidak diragukan. Asma binti Abu Bakar yang menjalankan perannya dengan penuh semangat. Kisah lainnya adalah kisah seorang wanita bernama Mutia’ah. Seorang istri yang senantiasa menjaga kehormatan dan amanah suaminya. Dia juga menjadi wanita pertama yang masuk surga.
Kelebihan:
Penulis sudah menyampaikan dengan informatif, bahasa yang digunakan juga mudah dipahami pembaca. Selain itu juga dilengkapi dengan rujukan dari ayat Al-Qur’an, sehingga lebih meyakinkan pembaca.
Kekurangan:
Pada bab terakhir buku ini disajikan kisah beberpa wanita yang patut kita teladani. Namun, menurut saya akan lebih lengkap jika disajikan juga kisah wanita muslimah masa kini yang bisa dijadikan teladan, sehingga lebih dekat dengan kehidupan generasi masa kini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar