Jika Aku Mati Nanti
Selasa sore, tepatnya bakda asar, aku dan suami takziah ke rumah teman, ibunya baru saja meninggal. Ibunya terjatuh beberapa hari sebelum dirawat di rumah sakit dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Hari Rabu, menjelang azan maghrib, langgar sebelah rumah mengumumkan bahwa tetangga kami baru saja meninggal di rumah sakit. Beliau mengalami gagal ginjal dan sudah menjalani cuci darah beberapa kali. Innalillahi wainnailaihi roojiuun.
Seusai salat maghrib, kami segera berangkat takziah. Gerimis sejak sore tadi sepertinya enggan berhenti, memaksaku membawa payung. Sesampai di rumah duka, jenazah masih dimandikan oleh keluarganya. Tampak di ruang tengah beberaoa ibu-ibu meronce kembang untuk dikalungkan di keranda. Sebagian lagi menyiapkan bunga yang ditaburkan di atas pusara. Sementara aku ikut duduk bersama mereka sembari membaca zikir dan tahlil.
Beberapa menit berlalu, proses memandikan jenazah pun selesai. Jenazah di bawa ke ruang tengah untuk dikafani. Ada petugas dari muslimat yang membantu proses mengurus jenazah. Aku segera beranjak mendekat untuk ikut membantu mereka.
Namun, air mataku rasanya tak bisa ditahan, tak sanggup menyaksikan pemandangan di depanku. Tubuh mayit yang tak berdaya, auratnya tidak tertutup sempurna. Beberapa bagian tubuhnya tampak saat orang-orang yang mengkafani memasang kapas dan mengusapkan minyak wangi. Aku menengok sekelilingku, berharap tidak ada orang lain yang bukan mahromnya melihat. Syukurlah mereka segera menutupnya dengan kain kafan. Setelah selesai, jenazah dibawa ke ruang tamu. Keluarga, sanak-saudara, tetangga dan semua yang hadir dipersilakan ikut melaksanakan salat jenazah..
Aku tertegun. Memikirkan bagaimana jika aku mati nanti. Aku berharap tidak mengalami hal yang sama. Aku tidak ingin auratku di lihat orang lain yang bukan mahram. Betapa sedihnya si mayit jika hal itu terjadi. Aku juga berdoa, semoga di akhir hidupku tidak merepotkan keluargaku. Aku pun memohon pada-Nya untuk mati lebih dahulu sebelum suamiku, agar mendapat ridanya. Aku teringat, dalam satu kajiannya, ustaz Saifullah menjelaskan di antara lima golongan ahlul jannah adalah istri yang meninggal dan suaminya rida padanya.
Banyak jalan menuju surga. Sebagai istri, rida suami adalah satu diantaranya. Karena rida Allah tergantung pada ridanya. Takziah, sungguh membuat kita mengingat kematian agar segera bersiap menghadapinya? (Mojo, 21 November 2024)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar