umi hasanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Dahsyatnya Kata-kata

Dahsyatnya Kata-kata

Dahsyatnya Kata-kata

Baru-baru ini, kita dikejutkan dengan kasus pembunuhan dan mutilasi seorang wanita yang sebagian tubuhnya dimasukkan ke dalam koper. Adapun anggota tubuh lainnya dibuang di tempat yang berbeda. Dilansir dari CNN Indonesia, wanita dengan inisial UK yang menjadi korban pembunuhan tersebut adalah warga Blitar. Sedangkan pelaku pembunuhannya adalah Antok atau RTH diduga kekasihnya.

Motif pembunuhan tersebut tentu menjadi pertanyaan publik, kok begitu teganya pelaku berbuat sekejam itu. Berdasarkan informasi dari Dirreskrimum, salah satu pemicu tindak pembunuhan tersebut adalah pelaku sakit hati karena perkataan korban. Dari pengakuan pelaku, korban mendoakan kelak anak perempuan RTH menjadi PSK. Astaghfirullah.

Ternyata kata-kata yang kasar dari korban menjadi salah satu pemicu emosi pelaku dan menjadikannya gelap mata. Dia tidak berpikir lagi akibat dari perbuatannya. Tidak hanya korban yang kehilangan nyawa dengan tragis, tetapi kesedihan dan trauma juga dialami keluarga korban. Dia sendiri menjadi terpidana dan keluarganya pun akan mengalami tekanan.

***

Di sisi lain, kata-kata adalah motivasi yang luar biasa. Mari kita ingat kisah Thomas Alva Edison dan ibunya. Ia adalah sosok ibu yang hebat dalam memotivasi putranya dengan kata-kata. Ia pantang menyerah ketika Thomas kecil dianggap ‘bodoh’ oleh gurunya dan dikeluarkan dari sekolah. Waktu itu Thomas masih kelas tiga sekolah dasar. Thomas kecil membawa sepucuk surat dari kepala sekolah untuk ibunya.

Sesampai di rumah, surat itu pun segera diberikan kepada ibunya. Ibunya lantas membaca surat yang baru diterimanya dengan air mata tak terbendung. Beginilah kurang lebih kalimat yang disampaikan, “Anak Ibu adalah seorang jenius. Sekolah ini terlalu kecil baginya dan tidak memiliki cukup guru yang baik untuk mendidiknya. Silakan Ibu ajari dia sendiri.”

Ia dengan ketulusan dan kasih sayang seorang ibu berhasil memantik semangat Thomas kecil untuk terus belajar. Meyakinkan putranya bahwa dia anak yang jenius dan harus mendapatkan guru yang terbaik. Ia mengaja sendiri anak bungsunya dengan sabar dan penuh dedikasi. Ia sadar bahwa setiap anak dikaruniai kecerdasannya sendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan anak lainnya.

Dengan keyakinan itu, ia menjadi guru untuk putranya dan berhasil meyakinkan bahwa Thomas bisa meraih sukses di kemudian hari. Hal itu pun terbukti, dunia mengakui karya-karya besar Thomas Alva Edison sebagai penemuan yang luar biasa dan membawa manfaat kepada banyak orang.

Setelah ibunya meninggal dunia, Thomas memeriksa barang-barang peninggalannya. Thomas menemukan surat kepala sekolah yang diberikan kepada ibunya dulu. Dia pun membuka dan membacanya: “Anak ibu mengidap gangguan mental. Kami tidak akan mengizinkannya datang ke sekolah lagi.” Seketika Thomas sadar, betapa ibunya telah mengubah dirinya menjadi lebih baik. Thomas pun menangis mengenang perjuangan ibu untuk dirinya. Setelah itu, Thomas menuliskan dalam buku hariannya: “Thomas Alva Edison adalah seorang anak yang bodoh yang berkat ibu pahlawan, menjadi orang jenius abad ini.”

Begitulah dahsyatnya kata-kata. Kata-kata yang baik adalah doa, dia akan mengantarkan seseorang dalam kebaikan dan kesuksesan. Terlebih jika disampaikan oleh orang tua atau pendidik. Dalam kata-kata terkandung kekuatan yang sangat luar biasa. Namun sebaliknya, kata-kata yang kasar, hinaan, cemoohan, atau bully-an akan mendatangkan kemudaratan alias keburukan juga. Banyak orang yang mati sia-sia karena tidak bisa menjaga kata-katanya. Begitu pun, banyak orang menyimpan dendam, sakit hati, dan memendam kebencian akibat dari perkataan yang tidak dipikirkan sebelumnya.

Memang, terkadang kita sulit menahan diri mengatakan kata-kata kasar saat emosi. Hal itu bukan berarti kita tidak mampu melakukannya. Kita harus terus berikhtiar dan melatih diri. Kata-kata kasar akan menyakiti diri sendiri dan orang lain. Sedangkan kata-kata yang baik akan membuat kita dan orang yang mendengar menjadi nyaman dan hati tenang.

Agama telah mengajarkan agar umatnya selaku berbuat baik, dalam perkataan, tindakan, dan juga dalam bersikap. Kata-kata yang sudah keluar dari mulut kita tidak akan bisa kita tarik lagi. Kelak, kita harus mempertanggunjawabkannya di hadapan Ilahi. Oleh karenanya, mari kita biasakan berkata yang baik, jika berat melakukannya, maka diam adalah pilihan yang tepat. Wallahu a'lam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus bu tema tulisan kali ini

29 Jan
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih Bu, sudah berkenan membaca.

30 Jan



search

New Post