Secangkir Kopi di Akhir Pekan
Lembayung senja di akhir pekan ini begitu menawan, karena seorang gadis ini memandangnya dari jendela mungil yang melekat pada ruang kerjanya, ditemani secangkir kopi dan musik yang mengalun pelan di sudut ruangannya, suara hiruk pikuk kendaraan yang melambai-lambai padanya seakan mengajaknya untuk segera pulang. Biasanya gadis itu sudah sampai di rumahnya ketika adzan maghrib saling bersahutan. Namun, tidak untuk hari ini karena masih ada project yang harus diselesaikan dalam waktu dekat. Raline. Begitu orang-orang memanggilnya dan kini Raline dengan keempat sahabatnya sedang bergelut di dunia Potographer dan videographer. Berawal dari mereka yang suka nge-trip dan hunting ria, akhirnya mereka mempunyai hobi yang sama mulai membuka jasa 'Foto dan Video Editing' hingga tak jarang mereka menggarap project pernikahan, endors barang, review tempat wisata dan masih banyak lagi. "Raline.. " panggilan dari Alan membuyarkan lamunannya saat Raline masih menikmati senja sore ini, "ya?" Katanya singkat, "Sholat maghrib dulu yuk, sama anak-anak yang laen", ajak Alan " Hayuk" jawab Raline yang masih setia dengan senyum manisnya.
Tepat pukul 22.00 mereka menyudahi pekerjaannya, Shiha yang pulang bersama Fathar, Alan bersama Jeje dan Raline yang masih setia dengan mobilnya, "Mobil lo kenapa Lin?" tanya Jeje saat belum mendapati Raline melajukan mobilnya, dengan tangan kanannya yang bersandar di pintu mobil Alan "Tau nih.. kelihatannya mogok deh" sahut Raline sambil membuka kaca mobilnya. "Yaudah, bareng kita aja Lin" ajak Alan, "Lagian ini udah sepi lo, mana ada taksi jam segini" sambung Alan. Memang benar sudah tidak terlihat lagi taksi atau kendaraan umum yang berlalu lalang, Raline ingin segera pulang namun dia tidak ingin merepotkan sahabat-sahabanya. "Ih kalian ini udah deh.. duluan aja, rumah kita juga nggak searah kan? ntar kalian harus puter balik dong, santai aja nggak papa kok" Alan mendesah kasar mendapati Raline yang begitu keras kepala. "Tapi lo janji harus baik-baik aja yaa?" desak Alan karena kekhawatirannya "Iyyaaa..." Jawab Raline sembari membenahi jaketnya.
Belum sempat Alan dan Jeje beringsut dari tempatnya, mobil sport putih berhenti di tempat mereka. Mereka bertiga saling bertukar pandang dengan tatapan saling bertanya. Begitu pintu mobil di buka terlihat lagi sosok laki-laki yang berbadan tinggi, mata yang begitu meneduhkan dan kulit sawo matang yang menambahkan kesan manis pada dirinya. "Raline?" panggilnya membuat si empu nama tersebut menoleh "Ehh Fabian? kok kamu bisa ada disini?" dengan sifat periangnya yang masih melekat, " Iya tadi habis dari bandara nganterin mama, trus kebetulan lewat sini" jelas Fabian pada Raline, "Oiya Fa kenalin mereka sahabat aku" terang Raline dan merekapun berkenalan satu sama lain.
"Ini kalian pada mau kemana?" tanya Fabian. "Ini kita udah mau pada balik sih, tapi tuh.. mobilnya Raline ngambek" Jelas Jeje sambil mengayunkan dagunya ke arah mobil Raline, "Kita udah mau barengin, tapi karena nggak searah, dianya nggak mau" tambah Alan dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya, hingga membuat Raline tersenyum tipis dan merasa bersalah telah menolak ajakan Alan dan Jeje. "Yaudah, mendingan kamu bareng aku aja Lin, aku juga mau pergi searah rumah kamu kok" ajak Fabian. Raline sedikit kikuk mau menerima ajakan Fabian pasalnya dia baru saja menolak ajakan sahabatnya, namun dia tak mau ambil pusing, 'wajarlah kalau gue mau nerima ajakan Fabian, kalo emang kita searah?' pikirnya. Akhirnya Raline menerima ajakan dari Fabian, "Oke deh.. duluan ya Lan.. Je.. " Jeje membalas dengan acungan jempolnya, lain dengan Alan yang memandang kepergian Raline dan Fabian dengan pandangan yang tidak dapat diartikan, ada perasaan tidak senang ketika melihatnya. Saat ini hatinya begitu bergemuruh, bisa jadi jika di biarkan terlalu lama akan turun hujan jika Jeje tak segera memanggilnya. "Woy.. Lan! ngapain masih disitu?", teriak Jeje ketika Alan masih mematung di tempat, sedangkan Jeje sudah berada di dalam mobil Alan. Lalu Alan segera memasuki mobil dan melajukannya membelah jalanan kota yang mulai sepi di telan heningnya malam.
_The End
Bumi Reyog, 0806'21
_NF
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih.. Salam literasi
Cerita menarik salam sukses selalu bun
Salam sukses juga untuk Bu Lia
Kereen cerpennya
Terima kasih Bu Lutvi. Salam literasi