ulik susanti

Nama saya Ulik Susanti, lahir di Magelang pada tanggal 04 Februari 1971. Riwayat Pendidikan: MI Ma'arif Bulurejo lulus th. 1983, MTs Negeri Kota Magelang lulus ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Rencana Allah

Rencana Allah

Awal pekan yang cerah, sang bagaskara memeluk bumi penuh kehangatan, mengusir sisa dinginnya pagi. Masih tampak sisa-sisa guyuran hujan dipenghujung musim ini. Ah mungkin aku yang salah menghitung musim, karena memang aku bingung sekarang musim penghujan atau musim kemarau, keduanya sudah tidak jelas lagi. Dunia sudah tua, terlalu capek menyangga beban dosa manusia yang pongah di atas kekerdilannya.

Seperti pagi ini pun aku amat enggan menyambut sapaan lembut sang mentari. Dengan kepongahanku, ku tapaki pagiku dengan ragu. Kesombongan yang membuat diri ini malas menyambut asaku. Benar saja apa yang aku bayangkan dari rumah semalaman samar kelihatan nyata, saat kaki melangkah memasuki pintu rumah keduaku. Wajah tegang, kesal, dan suara emak-emak yang teramat ramai menyapa telingaku. Senyum kecut yang ku paksa saat mematut diri didepan kotak absen. Beberapa kali hanya terdengar suara penolakan, beberapa kali pula lafal istighfar keluar dari bibirku saat mesin itu menolak wajahku. Wajah penuh dosa suudhon dipagi cerah ini. Aku tepis pikiran burukku dan ku ganti dengan lafal hauqalah dan sukses wajahku dikenali lagi oleh cewek penunggu mesin itu.

Aku berangsur ke tempat duduk sambil mendengar ciap teman-teman yang kesal dengan kebijakan para tetua di atas. Aku tertawa didalam kekesalanku “ternyata yang bingung dan kesal bukan cuma aku saja,” bisikku sambil melepas ransel yang sedari tadi asyik bertengger di punggungku. Pikiranku buntu, entahlah bagaimana harus melaksanakan tugas hari ini, informasinya sangat minim hanya mengandalkan si pipih. Aku terdiam di kursiku, telinga dan otakku masih menyaring suara teman-teman yang emosi, karena sebentar lagi eksekusi tugas segera dilaksanakan. Sedang kami tak punya gambaran riil dari kerja itu.

Tiba-tiba terdengar pengumuman untuk kumpul sebelum melaksanakan tugas. Kami saling berpandangan, masing-masing dari kami sama saling tatap penuh heran “kenapa sekarang baru dikumpulkan?” seolah itu pertanyaan yang muncul dari mata teman-teman. Kami duduk diam mendengarkan. Informasi dan himabauan yang disampaikan tidak membuat kami paham dan mengerti, justru kami tertawa walau ditahan. Jauh panggang dari api, jelas nggak bakalan matang dong. Begitu juga dengan kami, hanya diam dan mencerna sendiri apa yang bisa kami tangkap dari wajah-wajah lucu kebingungan. Selesai breving kami bubar dan melaksanakan tugas.

Baru mau masuk kelas daring, teman sebelahku berbisik “bu, kelas 7 bagaimana?” sambil tetap asyik perhatiannya dilayar pipih.

“La tadi yang disampaikan bagaimana?” tanyaku heran. Kami berdua tertawa lepas. Entahlah apa yang ditertawakan. Mungkin kebodohan kami membaca semuanya, dan perut ini semakin sakit saat Bu Rista bilang kalau dia telah salah masuk kelas daring. Tawa kami pun tak berhenti setelah tahu kalau ternyata dia masuk dikelas luring. “Hebat! Hebat kau Bu, dalam hitungan menit bisa akrobat masuk di tiga kelas.” Celetukku ditengah derai tawa. Semakin tak bisa ditahan tawa ini “benar-benar O2N kita ini ya,” selaku lagi.

“Apa itu?” tanya Bu Rista sambil berjalan menuju kelas luring perdananya. Masih dengan tawaku mengiringi perjalanan pahlawan hebatku itu, aku berteriak menjelaskan hal O2N itu “O’on Bu!” Bu Rista menoleh ke arahku melotot dengan sisa tawanya.

Aku kembali menekuri laptop dan benda pipih ini, kerja ganda. Membuat soal untuk PAT, masuk di kelas daring dan berselancar dikelasku Kelas Cerpen. Sesekali aku harus mengangkat telpon menghubungi anak yang masih belum nongol di kelas. Beberapa kali bahkan berkali-kali aku memanggil mereka, namun tidak terjawab atau maaff bu lupa, ketiduran.

Terperanjat saat di kelas cerpenku ada tantangan one day one cerpen. Seneng rasanya hati ini, namun terbayang keraguan sekilas akan kemampuanku. Bisakah otak dan waktuku bekerja secara istikomah disekian hari kedepan?. Aku pelajari semua informasi yang ada dikelas itu dengan segala gundah gulana, mungkinkah teman-teman mempinyai rasa yang sama denganku? Mereka jauh lebih pandai, tolak suara hatiku yang lain. “Di pikir dulu saja, benar-benar bisa tidak?” bisikku akhirnya.

“Aku harus mencoba.” Habis mengajar dan menyelesaikan Kartu Soal yang tinggal sedikit, aku akan coba membuat goresan pena eh bukan goresan ya tapi tarian jemari untuk memenuhi tantangan itu. Planningku mantap, seakan akulah yang menentukan semua irama dan warna alam ini. Nah lo kesombonganku muncul lagi. Namun...

Belum lagi kelasku dan kerjaku selesai, kulihat ada mobil plat merah masuk halaman sekolah. Aku lihat sosok yang keluar dari mobil itu, sesayup mata lelah ini memandang ke arah mobil itu. “Wah ini, bakal berabe planningku. Astaghirullah.” Segera aku basuh kesombonganku dengan istighar.

“Assalamu’alikum bu, pada kemana kok sepi?” tanyanya. Aku menjawab dengan singkat saja kalau para guru ada yang dikelas luring dan ada yang sudah bersiap salat dhuhur di masjid. “Oya, tolong disampaikan ke teman-teman nanti habis dhuhur kita kumpul ya bu,” pesannya sebelum masuk ke ruang sebelah. Aku hanya mengangguk saja ke arah beliau. Aku lanjutkan menekuri dua layar berbeda itu bergantian hingga terdengar suara himbauan untuk berkumpul dimasjid karena ada pembinaan dari atasan. “Hah... tetap Allah yang berkuasa atas semua rencana hambaNya. Mungkin dengan ini mataku bisa istirahat.” Bisikku menghibur diri, mengambil sisi positif dari terbengkalainya rencanaku.

Aku berjalan ke masjid, duduk di pojok belakang. Tampak guratan kelelahan tersirat di wajah teman-teman yang sudah mulai mengajar tatap muka. Dengan sisa tenaga yang masih kami miliki siang ini, dengan nyanyian perut, diiringi hembusan angin nan lembut membuai mata kami memasuki gerbang mimpi. Entah sudah berapa episode dan berapa kali jarum jam berputar, tak satu pun informasi masuk dalam benakku mungkin juga kami. Hingga jam pulang sudah banyak terlewati.

Dengan berlarian kami segera meninggalkan masjid begitu acara ditutup, tanpa tahu ilmu apa yang bisa kami tangkap. Seperti anak kecil kami berlarian menuju tempat absen, berebut agar bisa segera pulang, melepas penat badan barang sebentar. Begitu juga denganku sesampai dirumah aku taruh semua belanjaan di dapur dan segera berganti baju kebesaranku. Mulai bertugas di kantor ke duaku. Planning cantik tadi siang yang berhasil aku susun bubar semua. Ku pasrahkan semua kepada Allah, aku yakin Allah punya rencana terbaik untuk menuju jalan suksesku.

Benar rencana Allah jauh lebih baik, malam ini aku dapat cuti untuk tidak salat tarawih dan baca Al Quran di masjid, hingga aku bisa membuat tarian jari ini dengan pemerkosaan otak, benar-benar memaksa otak agar tarianku terwujud, walau masih jauh dari kata sempurna. Yang penting hari ini aku berhasil menyelesaikannya satu sebelum jatuh tempo.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post