Naik Gunung
Naik Gunung
Atika merenung , sembari merasakan sisa-sisa rasa pegal di kakinya. setelah seminggu mampu naik gunung putri dengan ketinggian 1567mdpl, di perkampungan Jayagiri sebelah utara kota Bandung. Itu hanyalah fantasi dan angan semata jika tidak ikut bergabung dengan teman-teman sekelas yang ikut Mapala di universitasnya.
Berawal dari gurauan ketika mereka minum Es Doger usai kuliah Hama Tanaman bersama prof Sumartono, akhirnya terkumpullah sepuluh orang mahasiswa proteksi tanaman sepakat untuk naik gunung. Rencana Sabtu sore berangkat , Minggu siang turun gunung.
Cerita naik gunung Atika:
Bersama sepuluh teman sekelasnya ditambah beberapa teman jurusan lain , akhirnya angan dan cita naik gunung pun segera terlaksana. Kali itu tujuannya adalah naik Gunung Putri, yang dirasa tidak terlalu tinggi, dan aman sebagai pemula.
Berangkat dengan menyewa angkot . Pendakian dimulai tengah malam, diperkirakan jam 4.00 - 5.00 pagi sudah mencapai puncak. Bisa memasak makanan dan menikmati Matahari Terbit , juga dapat menikmati cantiknya bunga abadi , Edelweis. Melalui medan yang lumayan terjal, Atika tetap berdoa semoga tidak hujan sehingga tidak licin. Senter, syal, jaket, sepatu kaos kaki, bekal , mi instan, telur, beras, biskuit, air mineral dan obat-obatan. Ternyata banyak para pendaki gunung yang lain juga melakukan hal sama. Rasa solidaritas pendaki gunung ini luar biasa, ketika ada teman yang sakit , rasa menolong mereka tinggi sekali.
Atika baru sekali itu naik gunung. Dengan mengantongi niat bertadabur alam di puncak gunung , semua diberi kemudahan. Proses naik gunung pun berjalan lancar walau banyak rintangan , melalui aba-aba sang pemimpin , semua keputusasaan menjadi sirna. Termasuk Atika , salah satu yang hampir putus asa , ketika sudah ditengah -tengah perjalanan, ada niat untuk batal .Dengan bujuk rayu pemimpin handal akhirnya Atika luluh untuk meneruskan perjalanan naik gunung dan dengan susah payah sampailah di puncak Gunung Puteri.
Pemandangan yang sangat fantastis, udara yang segar, detik-detik munculnya matahari dari ufuk Timur, semburat merah jingga bertabur di langit pagi, Bunga Edelweis berseri dengan warnanya yang unik, bunga keabadian. Sambil menikmati mie instan dan nasi setengah gosong, Atika dan teman-temannya saling mengabadikan momen indah itu . Momen menikmati keindahan alam , ciptaan Allah , sang penguasa jagat raya. Tanpa terasa, detik-detik waktu turun gunung segera tiba. Ingin rasanya berlama-lama di puncak gunung tetapi waktu jualah yang membatasi. Akhirnya rombongan Atika pun turun gunung dengan penuh semangat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen tulisannya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih pak Dede, trims hadirnya, salam literasi.
Mantap Bu ... Semangat selalu , semoga sukses dan salam literasi .
Trims pak Muslih, trims hadirnya, salam literasi
Duh, asiknya naik gunung dan melihat keindahan bunga edelweis bu...
Asyik bangets bu , sayang cuma sekali itu
wow..ATIKA..berani juga menikmati keindahan pemandangan dari atas gunung..seru...lanjut bu
Tak pernah menyangka pak, motivasi teman2 yg bikin Atika berani
Tak pernah menyangka pak, motivasi teman2 yg bikin Atika berani
Tak pernah menyangka pak, motivasi teman2 yg bikin Atika berani
Keren ya Atika kuat mendaki gunung dan bisa menikmati keindahan alam dari puncak gunung. Salam literasi
Prosesnya yg susah bun, ttp ktk dl
Prosesnya susah bun, hampir menangis, pengin batal sj , hehe. Salam literasi