TUTIK HARYANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kunci Surgaku

#TantanganGurusiana hari 48

Suara ibu terdengar sedikit berat di ujung telepon. Ibu lagi sakit, tanyaku. Dan seperti biasa, ibu akan menjawab bahwa semuanya baik-baik saja. Tak perlu ada yang dikhawatirkan. Namun kurasakan semua tak baik-baik saja. Dan itulah yang membuatku makin nelangsa, karena disaat ibu sakit dan pastinya sangat membutuhkan orang yang selalu ada untuknya, tapi justru anak-anak beliau jauh merantau di seberang.

Setelah kututup telepon dengan ibu, pikiranku melayang pada 14 tahun silam. Dimana saat itulah kumulai langkahku menapaki tanah rantau, yang kini telah menjadi bagian dalam kehidupanku. Dan terbayang kembali wajah sayu ibu dan almarhum bapak kala itu. Senyum berat terlintas di raut wajah mereka saat mengantarkanku ke bandara. Kupohonkan restu ikhlas mereka, dan kuberjanji, jika langkahku tersendat nanti, aku pasti kembali.

Aku adalah bungsu dari empat bersaudara. Kakakku yang pertama, meski tak serumah, tapi beliaulah sekarang menjaga dan merawat ibu. Sementara yang nomor dua, telah hampir 25 tahun hidup dirantau. Dan kakak yang nomor dua inilah yang dulu menguatkanku untuk pergi merantau, karena waktu itu ada kawannya yang seorang kepala sekolah dari sebuah Yayasan pendidikan sedang mencari guru. Sementara kakakku yang ketiga tinggal di lain propinsi, yang jarak tempuhnya bisa lebih dari seharian. Dan sejak almarhum bapak sakit-sakitan, beliau sampai sekarang paling lama dua minggu sekali menjenguk ibu di kampung.

Meski jauh dirantau, tapi kami selalu mencoba untuk selalu pulang saat hari raya tiba. Kalaupun tidak bisa, maka kami bergantian pulangnya. Mengingat beberapa tahun terakhir tiket pesawat begitu menyesak di kantong. Hingga pulang hari raya kemaren, aku memutuskan untuk pulang lewat jalur laut saja. Meski lebih lama dalam perjalanan, namun kubersyukur anak-anak tak banyak protes. Bahkan sangat suka malah, dapat pengalaman baru. Karena dari dulu setiap pulang nengok mbah uti nya, selalu lewat udara.

Dan kini, hatiku makin terasa berat dan sesak, karena setelah kutelepon kakak pertamaku, ternyata ibu memang sedang sakit. Namun itulah ibu, tak pernah mau dibilang sakit, beliau akan selalu mengatakan bahwa biasa orang tua, sudah banyak yang dikurangi oleh Sang Pemberi Kehidupan. Istirahat, pasti nanti sehat. Tak perlu berobat, selalu beliau katakan itu. Saat seperti inilah yang begitu berat kurasakan. Saat orang tua sakit, tapi tak bisa merawat dan menjaganya. Yaa Robb, limpahkan segala berkah-Mu untuk ibu, sebab Kau kabulkan segala do'aku, berikan kepada beliau kesehatan dan kesejahteraan selalu. Beri kesempatan untuk membahagiakan beliau, aamiin....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post