Di antara ekspektasi dan realita
Kurang lebih sudah sebulan para guru di daerahku dikenalkan dengan aplikasi baru. Yang informasinya aplikasi ini diperuntukkan untuk menyambut era digital dalam dunia pendidikan. Karena bukan hanya guru yang harus aktif di dalamnya, akan tetapi juga para siswa. Masing-masing guru dan murid harus download aplikasinya.
Kabarnya, segala informasi tentang proses belajar mengajar bisa diakses dari situ. Mulai dari mengisi jadwal mengajar, berapa jam hari itu mengajar, absensi, bahkan tugas untuk siswapun bisa dilihat dari situ. Kalau lihat visi misi dan tujuan dari aplikasi tersebut, memang luar biasa. Sangat jaman now dan milenial. Karena yang biasanya, guru harus mengisi buku absen dan batas pelajaran secara manual, kini diganti secara digital. Akan tetapi, efektif kah?
Karena hakikatnya aplikasi online, tentu bisa diakses dan diupload dimanapun dan kapanpun. Bisa saja hari itu sang guru terlambat hadir atau bahkan tidak hadir di sekolah, tapi karena absen dan jadwal mengajarnya online, yang bisa diisi dimana saja, bisa saja menimbulkan hal yang tidak sebenarnya terjadi di sekolah ataupun di kelas.
Belum lagi kalau ada oknum guru yang nakal. Seluruh data diisi dengan lengkap, tapi realita di lapangan, ternyata bisa di manipulasi. Saat jam mengajar yang harusnya bersama anak-anak, tapi justru hanya duduk-duduk manis di kantor, mengobrol dan berselancar. Secara online, sempurna terisi jadwal dan absen hari itu, sementara realitanya anak dikasih tugas lalu dibiarkan tanpa bimbingan. Lebih seremnya, saat ada yang mengingatkan, dengan santai menjawab, "kan merdeka belajar".
Hal yang salah kaprah dalam memaknai maksud mas menteri. Terlebih lagi saat membiarkan anak didik belajar di luar kelas. Dengan dalih sesuai arahan menteri pendidikan, anak dibawa keluar kelas. Namun bila tanpa bimbingan, sama saja dengan mencari aji mumpung. Anak-anak cukup diberi tugas, disuruh keluar kelas, lalu ditinggal untuk bersantai bebas, data online terisi tuntas.
Buku batas dan absen kelas, yang sebenarnya itulah bukti nyata kehadiran guru di kelas, kini hanya kertas kosong tanpa isian. Karena sudah tergantikan dengan digitalisasi. Sampan oh sampan..Sistem Aplikasi Manajemen Pendidikan Bintan. Kemana kan berlayar.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Iya Bu setuju dengan aplikasi itu juga rawan kecurangan, dulu kami juga ada aplikasi akinerja skrg udah gak jalan, masak mau mengajar saja harus foto bukti mengajar di kelas, foto jurnal mengajar,. Foto absen. Jadi terganggu dengan fotafoto itu, jadi kurang fokus mengajarnya. Akhirnya malas isinaplikasi itu
bener bu, jd alasan saja untuk duduk lamalama sambil berselancar. Alasannya nak isi aplikasi, sementara kelas dibiarkan begitu saja..trm ksh ats sharingnya bu, tetep semanggaaatt.. salam literasi