“Suamiku, Semangatku”
Alhamdulillah Ya Robby Engkau sudah berikan aku suami yang baik, pengertian dan mendukung segala aktifitasku. Tak terbayang seandainya 13 tahun yang lalu aku mendapatkan suami yang bukan suamiku sekarang mungkin aku tidak bisa bekerja, lanjut kuliah sampai S3 dan pergi kemana-mana jika ada kegiatan-kegiatan yang mengharuskanku pergi untuk menambah ilmu seperti hari ini mengikuti “Workshop Guru Menulis” di Media Guru.
Masih kuingat diskusi kita malam itu Bi (sapaan suamiku)”, ketika kita bingung harus mencari pengasuh tiga buah hati kita. Tinggal jauh dengan keluarga menjadikan kita susah kalau mau menitipkan anak-anak seperti orang lain yang bisa dititip kenenek, bude ataupun saudara yang lainnya. Tapi ya itulah resiko seorang ibu Rumah Tangga (RT) sekaligus bekerja. Ketika asisten rumah tangga pulang pusingnya tujuh keliling. Akhirnya kita berkomitmen, salah satu diantara kita harus ada yang dirumah. Kalaupun bekerja, pekerjaannya tidak terikat waktu. So, berarti harus ada yang berwiraswasta. Kebayang kita sama-sama bingung waktu itu, karena kita sama-sama paham juga bahwa “almadrosatul aula” adalah seorang ibu. Selayaknya ibunya lah yang harus dirumah untuk mendidik anak-anaknya dan seorang suami keluar untuk mencari nafkah. Tapi ternyata malam itu kau bijaksana Bi, karena memang dalam hati kecilku aku juga ga mau berhenti mengajar disekolah, langsung teringat dibenakku siswa-siswaku di sekolah, dan aktifitasku P4 “pergi pagi pulang menjelang petang”. kemudian kau berkata Bi “Abilah yang berhenti bekerja yang terikat waktu” Abi akan berwiraswasta biar waktunya bebas bisa jemput dan antar anak sekolah dan ngawasin buah hati kita. Tapi tetap Abi bekerja sesuai keahlian Abi ya “Programmer” atau kalau ada peluang-peluang yang lebih bagus, mungkin nanti Abi pertimbangkan yang jelas tidak boleh dua-duanya bekerja yang terikat waktu. “Umi sepertinya semangat kalau mau ngajar ke sekolah”. Pagi-pagi sudah berangkat, dirumah juga kalau sudah pulang kadang langsung di depan laptop. Kalau sudah di depan laptop terlena deh, tidak ingat suami dan anak, (sambil melirik ke arahku), hemm,,sepertinya sindiran juga nih dalam pikiranku, tapi biarlah memang itu kenyataannya. Aku ga mau ambil pusing. Satu lagi katanya waktu itu, “Umi sudah PNS, berarti sudah ada yang tetap dari segi penghasilan. Jadi biar Abi yang berhenti bekerja, Abi mau berwiraswasta. Oh, suamiku pengorbananmu akan aku jadikan semangat dalam setiap langkahku.
Bogor, 08102017
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
wah yang ini keren banget. pengabdian dan saling pengertian menjadikan semuanya menjadi indah. tulisan yang dahsyat
Makasih Pak Leck, semakin semangat untuk belajar menulis,hehehhe
Bu tuti kereen.. ditunggu tulisannya utk bln november ya
hahahha,,,makasih bu