Tumini

Menulis untuk menebar kebaikan dan kebahagiaan, guru SMPN 1 Bunguran Timur Natuna Kepri...

Selengkapnya
Navigasi Web

EUFORIA

Euforia menjadi seorang ibu dari tiga atau bahkan enam orang anak tiba-tiba melanda pergantian musim hatiku. Seseorang yang sangat tidak simpati mendongengkannya padaku dengan cara yang tidak menyenangkan. Tapi entah mengapa kubertahan tetap tune di alur yang ditentukan acak oleh si pendongeng. Lagi-lagi dongeng kehidupan dengan tema klise tentang mensyukuri kesalahan sang pengguna usia.

Tapi sudahlah...Aku hanya fokus menikmati kegirangan pada euforia yang aneh itu, yang membawaku ke negeri Wonderland-nya si Alice. Lalu menempatkan aku menjadi satu-satunya makhluk dewasa layaknya di negeri Neverland-nya Peter Pan.

Life in Wonderland.....keanehan, ketidakwajaran, keganjilan adalah keseharian yang sangat indah di sini. Membingungkan memang, tapi kebingungan itu jelas tidak memabukkan malah semacam sensasi dampak dari kejutan-kejutan dari satu scene ke scene yang ku lalui. Disini aku tertidur dalam tidur aku bermimpi. Dalam mimpi itu pun aku tertidur dan bermimpi lagi. Jadilah mimpi di atas mimpi persis seperti cerita film Inception-nya Leonardo Dicaprio.

Hanya indahlah di sini, hanya tuluslah di sini. Hampir saja aku menyangka sudah berada di surga. Jika saja malaikat kananku tak menjentik telingaku.

"Aku memang belum pantas berada di surga,"gumamku menahan perih jentikannya

"Surga lebih indah trilyunaan kali dari ini," bisik malaikat kananku.

Dibalik rimbun daun-daun hijau di antara bunga-bunga kecil warna-warni. Mata-mata lugu mengamati. Sesekali terdengar suara-suara ramah berbisik. Tiba-tiba hujan!! Aku kaget! Bingung pasti! Sementara langit tetap biru cerah. Ufuk barat dipenuhi pelangi. Matahari terkesan hanya bulat kuning yang menempel di satu titik di langit. Hukum fisika tak bermakna di sini. Guguran daun tak jatuh tapi terbang menyambut rintik hujan...Dan aku girang sangaaaat girang! Kurentangkan kedua tangan dan kutengadahkan wajah. Berputar-putar seperti bintang fim India menari menikmati hujan. Ku minta salju, entah bagaimana salju turun namun tetap hujan dan aku tidak merasa dingin. Tanpa kusadari enam makhluk kecil sudah berada di sekelilingku berpesta menikmati hujan. Maka simponi alam sempurna dengan riuh tawa kami. Aku dan mereka...mata-mata yang mengintipku tadi. Terdengar sangat jelas Bryan Adam bernyanyi..

Here I am - next to you - And suddenly the world is all brand new - Here I am - where I'm gonna stay - Now there's nothin standin in our way - Here I am - this is me

Di scene yang lain, aku sudah berada di bawah pohon yang rindang, dikerubuti makhluk-makhluk kecil yang menggemaskan memanggilku "mama, bunda, ibu, umi". Ada yang usil menggemaskan, ada yang cuek tapi sudut matanya meminta untuk kupeluk, ada yang lincah berjoged, ada sang pemalu yang bijak, ada sang egois yang cerdas dan sang manja yang pendiam.

Di lain waktu, aku bersantap pagi dengan enam orang sekaligus seharusnya tujuh, satu orang alpa. Setelah kuperhatikan keenam orang itu adalah diriku sendiri .Aku bingung, aku bahagia bertemu, berdiskusi bukan berdiskusi tepatnya reuni dengan sosok aku ketika masih SD, aku ketika SMP, aku ketika memakai seragam abu-abu, aku ketika semester tiga, aku ketika dipanggil bu guru dan terakhir sosok ketika aku menjadi Annisa Ikhsan. Kami semua sama-sama suka puisi.. hahahah. Sayang sekali sosok aku ketika dipanggil mama tidak bisa datang ke pertemuan kami. Bu guru mengatakan sangat sulit mengundangnya karena memang sulit harus menembus lorong waktu masa depan. Lebih sulit lagi menemukannya karena ruang masa depan pangkat sepuluh membingungkan karena dimensinya lebih unik dengan nomor seri yang jelimet dibandingkan lorong waktu masa laluku. Jika undangan salah alamat bisa-bisa aku menyesali masa depan.

“Here I am - this is me - There's no where else on earth I'd rather be Here I am.”

Aku tersentak, ternyata sudah berkali kali suara Bryan Adams keluar dari HP-ku, di layar terlihat tujuh kali panggilan tak terjawab dari Adit.

"Mimpi yang aneh," aku bergumam. Masih setengah sadar ku buka pesan WA Adit.

"Raya dan Agung kangen tante Nisa...sepertinya anak-anakku menyukaimu, kapan kita bisa jalan-jalan lagi?"

Aku tercenung.

Cerita ini terinspirasi lagu Here I'm dari Bryan Adam.

# Kelas Pelatihan Cerpen 1

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Indah nian ceritanya. Serasa ikut melayang menyusuri bagian-bagian scene nya. Mantul bu.

15 Sep
Balas

Keren polll...WOW bunda

15 Sep
Balas

Bagus bunda..

15 Sep
Balas

Keren Bunda. Penggemar film rupanya. Salam literasi. Salam kenal. Kita satu kelas ya. Sampai jumpa.

15 Sep
Balas

Mantul bu...

15 Sep
Balas



search

New Post