Perbincangan hangat saat ini adalah keresahan orang tua yang anaknya ikut dalam kancah PPPB. Saat ini PPDB diberlakukan jalur afirmasi, zonasi, prestasi, dan mutasi orang tua, ,serta jalur anak guru. PPDB tersebut berlaku untuk SMP dan SMA. Sedangkan PPDB jenjang SD, beberapa daerah sudah menerapkan jalur zonasi, tetapi beberapa daerah masih belum menerapkan jalur zonasi. Belum adanya jalur zonasi ini menimbulkan efek mencari siswa dengan berbagai cara. Halalkan berbagai cara tersebut menimbulkan ada sekolah yang tahun ini hanya mendapat 2 murid, ada yang tidak mendapat murid sama sekali.

Yangmendapat murid banyak menepuk dada. Yang tidak dapat murid mulai berpikir bagaimana kelangsungan sekolah mereka. Akankah diregrup? Sebenarnya hal itu tidak akan terjadi bila ada kebijakan dari desa untuk mengatur wilayah atau membagi wilayah  bersekolah dalam satu desa tersebut. Sehingga sekolah di desa tersebut sama-sama bisa hidup. Adanya organisasi guru harusnya juga bisa menimbulkan rasa segan untuk menarik murid di daerah sekolah lain. Tapi mungkin karena haus untuk mendapat murid sebanyak-banyaknya jadi melupapakan rasa, dan memasuki ranah atau wilayah atau zona atau terserah apa namanya.

Siapa cepat dia dapat. Istilah ini pernah terdengar dari seorang guru yang identitasnya tidak diketahui penulis. Bila keluar istilah ini, apakah pernah mencoba berpikir bila dalam posisi sekolah yang nota bene bersebelahan dengan TK tetapi muridnya ditarik semua? Tepo-tepolah. Kita sama guru, mari kita majukan pendidikan, mari kita tunjukkan rasa sesama anggota PGRI, berbagilah,

Tentudaerah memi positif negatifnya dapat ditemukan. Masing-masing orang tua dan siswa harus psndai-pandai mengatur siasat agar tidak terdrpak dari ketiga pilihan tersebut.