ATASAN DAN BAWAHAN (TAGUR 1 per 30)
ATASAN DAN BAWAHAN
Atasan terbentuk dari kata dasar atas plus akhiran an, melongok KBBI on line, kita akan menemukan atasan berarti : yang lebih tinggi; yang di atas; pimpinan.
Bawahan, sesuatu yang berada di bawah.
Kubaca pesan singkat di WAG sekolah, informasi yang dikirim kepala sekolah mengingatkan kami bahwa hari ini pukul 10 teng, ada rapat membahas kelulusan siswa kelas 6, semua personil sekolah diminta hadir dengan mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH).
Jelang pukul sepuluh, kudapati ibu Rahmah kepala sekolah kami sudah ada di ruangan, duduk anggun dengan jilbab bermotif bunga, buku besar di hadapannya dipastikan berisi agenda yang akan dibahas pagi ini.
“Assalamu’alaikum...” sapaku ceria pada semua
“Wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh.” jawab seisi ruang
Kutatap satu per satu mereka yang sudah hadir lebih dulu.
Bu Kiqan melambaikan kelima jarinya dengan kepala terangguk-angguk asyik menikmati lagu lewat headset yang terpasang di teilnga, Bu Tabitha tersenyum manis menyambut kehadiranku, semanis dalgona yang tersedia di depannya.
Ibu Angel sibuk geser kiri, geser kanan, mencari posisi nyaman dan aman.
“Bu Angel butuh bantuan?” tawar Pak Hamka yang terlihat gagah dalam balutan PDH biru, seragam khas guru DKI Jakarta, dan aku yakin sudah lama tak dikenakannya karena WFH.
“Terima kasih pak Hamka.” sesungging senyum memantul dari bibir merah nan cerah, secerah warna jilbab yang dikenakan bu Angel pagi ini.
“Bu Ela serius amat?’ tanyaku mengusik keseriusan Bu Ela yang siap mengikuti rapat dengan kaca mata yang bertengger dan tangan menggenggam pulpen.
Teet..teet...sebuah pesan permisi masuk di WAG sekolah, beberapa dari kami automatically menekuri HP dalam genggaman, “Maaf bu Kepsek dan teman-teman, saya izin telat ikut rapat, ini masih di bengkel, ban motor saya bocor.” Disusul foto pak Rakha berlatar bengkel kecil yang kami tahu itu terletak di muka jalan menuju sekolah.
“Selamat pagi bapak ibu guru, sorry aye telat nih, biasa cari keringat dulu” suara pak Umay guru PJOK terdengar masuk ruangan bersamaan sosoknya yang menjulang, ia sibuk mengelap wajah dengan handuk kecilnya, “Eh ade bu Ela, bendahara kite, nih rapat ga ade konsumsinye ape?” candanya dengan logat betawi yang kental.
“Modal dong pak Umay, Beli sendiri’ bu Tabitha atraktif menyeruput dalgonanya, hm...
“Nih mau?’ tawarku menyorongkan sepiring nugget pisang.
“Jangan ditawarin bu Dina, ntar keenakan.” larang bu Ela pura-pura ketus.
“Memang pak Umay belum ngopi?” tanya pak Hamka sebelum menyeruput secangkir kopi, nikmatnya aroma kopi seketika memenuhi atmosfir ruang pertemuan.
“Ngupi ngeteh pada ndiri-ndiri aje, ga ada yang ingat aye ape? Parah!” keluh pak Umay mendekati putus asa.
“Sudah pukul 10 lewat, aya kita mulai saja rapat pagi ini.” tegas bu Rahmah, atasan kami, memutus mata rantai canda yang frekuensinya semakin meninggi di antara sesama bawahan, “Ayo bu Dina, monggo dibuka.” perintahnya.
“Baik bu, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya, Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.” ucapku mengawali sedikit.
Ya baru sedikit, karena saat aku berniat lanjut, tetiba,
“Hadeuh...maaf ya ibu Kepala Sekolah, maaf ya teman-teman.” tergesa suara bu Naya menandakan kehadirannya.
Seisi ruang menoleh pada sumber suara, Bu Naya menduduki tempatnya, tangannya masih sibuk merapikan kerudung.
“Ga apa bu Naya, silahkan gabung.” sambut Kepala Sekolah ramah.
“Wah bu, tambah gemuk saja sekarang.” komentar bu Tabitha ceria.
“Lama ga ketemu karena WFH, naik berapa kilo, mpok?” tanyaku akrab
“Waduh selama WFH kayaknya makan terus nih.” seloroh bu Kiqan.
“Emang iya? emang saya tambah gemuk apa?” konfirmasi bu Naya.
“Ini karena baju yang saya pakai dobel, nih lihat ga?’ Bu Naya menegaskan dengan posisi berdiri, agak menjauh dari kamera, sehingga kami bisa melihat dengan jelas bahwa ia mengenakan daster yang dilapisi PDH.
Hahahahaha
“Teman-teman juga tidak tahu kan. Saya pakai apa hari ini?,” Pak Hamka memberikan kami tebakan, sigap ia berdiri, memamerkan sarung kotak-kotak yang menjadi padanan PDH biru yang dikenakan.
Hahahahaha
Tawa kami memenuhi ruang zoom pagi ini.
Atasan- Bawahan,
Ini bukan tentang hierarki organisasi kerja atau organisasi apapun, tapi ini cerita saat WFH berlangsung selama masa pandemik, kondisi ini mengharuskan pertemuan kerja terjadi secara on line, tatap muka secara daring.
Karena pertemuan dilakukan dari rumah masing-masing dengan berbagai aplikasi yang saat ini banyak tersedia, baik yang gratis maupun berbayar, tak dipungkiri beberapa mengabaikan atasan-bawahan, toh posisi bisa diatur, agar yang tampak hanya setengah badan. Pakaian atas saja yang rapi lengkap dengan segala atribut, padanan bawah seadanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pak Sahat
Keren pak
Hi hi hi.... Ada juga pakai bawahannya celana hawai atasannya pakaian batik lengkap dengan atribut. Saat berdiri terlihat bawahannya karena lupa matikan videonya. WFH keren deh. ...
thx bunda Devia atas ide kerennya :>
Sederhana tapi nyata