ALARM EDITOR

Jariku meliuk lincah di atas keyboard, barisan kalimat tampil gagah di layar monitor. Jariku terus menari, tuts huruf yang kutekan dengan tempo cepat, mengeluarkan suara khas. Satu paragraf sempurna terlihat pongah.

Kubaca dari awal, hm...beberapa kata kurasa kurang pas, kuganti padanannya. Kususuri jalan cerita, hm...kutemukan kata yang sama muncul berulang, lalu kubuang dengan senang. Kukunyah perlahan setiap potongan kalimat, kudapati tanda baca yang terasa mengganggu kenikmatan paragraf yang terhidang, gampang! kudelete dengan tenang.

Deadline dihimpit menit yang tersisa. Kulihat paragrafku tak lagi sempurna, pongahnya jatuh entah kemana?. Ia compang-camping miskin makna, tak dapat manjakan mata. Ia tak bergizi, tak lagi enak dinikmati. Harusnya kubiarkan ia meliuk manja, mengikuti nyanyian cerita. Inilah akibatnya ketika menulis, alarm editorku bekerja. Galau mix suntuk menghasilkan tanya, aku penulis plus editor?, atau editor yang juga penulis?.