#tantanganmenulis60

Pasien Bulan Ini

Satu bulan genap aku bertugas merawat pasien di kamar 26. Pasien tersebut dalam keadaan darurat. Terpasang ventilator, cv, dan dopamin.

Walaupun tidak di kamar ICU, semua peralatan tersebut menempel di sekujur tubuhnya. Aku pernah menyarankan istrinya supaya dipindah. Si isteri bersikeras memilih kamar dimaksud sebab sesuai permintaan pasien, suaminya. Pernah keadaannya membaik, edema berkurang, respon sedikit membaik, dan isteri pun gembira.

Sayang, sepekan terakhir keadaannya kembali memburuk. Tiap hari kian buruk. Aku sekuat tenaga memberi perawatan maksimal. Dokter pun kuminta visit rutin dua kali. Bahkan saat sangat kritis dokter mau datang di tengah malam. Ada semacam tanggung jawab besar di bahuku. Aku tidak tega pulang sedangkan kondisinya seperti itu. Seminggu. Dan pagi ini beliau menutup mata.

Sedih sekali aku. Iya... Perasaan itu menumpuk. Hingga saat istrinya bermandi air mata aku ikut sesenggukan. Aku juga ikut kehilangan. Istrinya mengatakan sudah menghubungi tempat ibadah terdekat untuk informasi pemakaman. Mungkin hari ini atau besok akan di sholatkan dan kemudian dimakamkan. Itu penyebab mengapa aku ingin sekali merawatnya. Pasien ini lama di Indonesia, walau lahir di Jepang tapi berkewarganegaraan indonesia.

Tahun lalu karena penyakit jantungnya kambuh akhirnya dia kembali ke Jepang dan mengurus eiju visa.

Semoga Di tempatkan di sisi Allah. Pasien ini seorang muslim. Dan istrinya yang tidak islam, berkomitmen memberikan hak suaminya yang telah meninggal.

(Terima kasih Mbak Ina atas ceritanya)

Tokyo/30 Juli 2020