Ban Gohan (Makan Malam)
#tantanganmenulis50
#pentigraf
Ban Gohan (Makan Malam)
"Mengapa kamu pesan nasi gudeg, lagi?" Setelah pelayan Cinta Jawa Cafe bergeser ke meja sebelah mencatat pesanan. "Aku suka banget, Adi." Aiko sambil mengembalikan buku menu di selipan mungil pinggir meja. "Gudeng kan manis, semanis aku, kan?" Aiko becanda sambil menebar senyum genit pada Adi.
"Andaikan Tuhan menghidukan aku kembali setelah nanti mati, aku ingin dilahirkan di Yogyakarta," Aiko sambil mengunyah suapan nasi gudeg. "Sampai segitukah kamu jatuh cinta pada gudeg?" Adi yang lebih memilih menu soto babat. "Jatuh cintamu aneh, seharusnya ke aku bukan pada gudeg." "Memang seperti itu, Adi. Cintaku paling besar untuk gudeg, hihihi... " Adi melototi Aiko penuh cemburu.
"Entah mengapa lidahku lebih cocok pada makanan dari nangka muda itu daripada sushi atau shabu-shabu," tangan Aiko memotong krecek dengan sendok dan garpu. Pada pelayan tadi Aiko minta diberi krecek lebih. "Bagiku gudeg itu tidak sekadar makanan tradisional yang autentik. Lebih dari itu. Gudeng memuat filosofi yang dalam tentang hidup dan kebudayaan. Selain sejarah yang menarik." Adi berhenti makan untuk serius mendengarkan alasan Aiko. "Dan pasangan hidupku yang asli Jogja," Adi membalas dengan mengangguk-angguk.
Tokyo/20 Juli 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar