Kue Dumbek, Kue Khas Tuban
Setiap daerah memiliki jajanan khas, yang biasanya dihidangkan untuk menu buka puasa di bulan suci ramadan, sebagai menu pembuka berbuka. Begitu pula masyarakat di Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, yang juga memiliki jajanan tradisional, yang dihidangkan di meja makan, untuk menu berbuka mereka yang bernama kue dumbek.
Kue Dumbek atau Dumbrek atau Jumbrek merupakan jajanan tradisional berbentuk lonjong mirip terompet kecil. Bungkus kue dumbeg terbuat dari gulungan daun siwalan yang dibentuk memanjang spiral seperti terompet. Sementara bagian dalamnya yang dimakan merupakan campuran adonan tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula merah. Kue dumbeg memiliki rasa yang gurih dan manis ditambah dengan citarasa yang unik dari aroma daun lontar itu sendiri. Beberapa pembuat kue dumbeg terkadang juga mencampurkan susu, agar terasa lebih gurih.[1]
Secara umum kue dumber terdiri dari 3 bahan utama, yaitu: Pertama, Bahan basah (juruh), terdiri dari 1,5 kg Gula jawa, 1 kg Gula pasir, Air (Kira-kira ½ dandang besar), 3 buah kelapa parut (diambil santan nya). Kedua, bahan kering terdiri dari: 3 kg Tepung beras, 125 gram Tepung kanji, ½ kg Tepung terigu. Ketiga, cetakan yaitu wurung daun kelapa atau siwalan.
Kue Dumbeg senyatanya tidak saja ada di Tuban, tetapi juga ada di kota-kota yang dekat dengan Tuban seperti Lasem, Rembang dan Bolara. Di Kabupaten Rembang pada umumnya, kue dumbeg dapat dijumpai di setiap acara adat baik sedekah bumi, sedekah laut, maupun acara pernikahan orang daerah setempat. Kue dumbeg sering dijadikan sebagai makanan suguhan bagi para tamu yang datang ke rumah atau acara pernikahan. Dahulu kue dumbeg menjadi salah satu makanan favorit para wali ketika berkunjung ke Kabupaten Rembang. Meskipun keberadaannya sudah lama turun menurun dari nenek moyang, makanan ini masih sangat digemari segala kalangan mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Makanan ini masih banyak dijual di pasar-pasar tradisional Kabupaten Rembang.[2] Sedangkan di Blora kue dumbek banyak digunakan untuk acara pesta rakyat, dan sedekah bumi.[3]
Ahad, 5 Mei 2024
[1] https://www.jtvbojonegoro.com/2022/04/dumbek-jajanan-tradisional-khas-tuban.html
[2] https://osc.medcom.id/community/kue-dumbeg-makanan-tradisional-kabupaten-rembang-3232
[3] https://cookpad.com/id/resep/13076341-clorotdumbek-blora

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya Mas senior. Sepertinya saya pernah mencicipi jajanan ini, cuman lupa dimana, karena sudah sangat lama, hehe.. Sukses selalu
Luar biasa Pak Burhani. Kapan2 ngicipin lagi ya ... hehehe
Mantaap.... Di tmpt saya sudah susah ditemui.
Di banyuwangi ini namanya procot kue khas selametan 7 bulan kehamilan... Siip pak tri...sehat selalu
Sama Bun, di Tuban juga ada kue Procot utk selametan 7 bulan kehamilan. Filosofinya biar persalinannya mudah. Kata 'Procot' artinya mudah atau gampang keluar (bayi saat persalinan). Tetapi di Tuban procot dibuat dari menir ketan (ketan yang tumbuk kecil2) kemudian di kukus diberi parutan kelapa, garam, dan gula merah. Jadi rasanya gurih, asing, dan manis. Bungkus Procot dari daun nangka (bukan daun lontar seperti dumbek) yang buat conthong. Jadi beda dengan kue dumbek, kalo dumbek dari tepung ketan. Terimakasih
Terimakasih admin
Terimakasih admin
Mantap banget, sukses selalu untuk Bapak
Terimakasih apresiasinya opa Sunin
Terimakasih apresiasinya opa Sunin
Hmm...yummy bgt itu.
Hehehe ... terimakasih apresiasinya bunda
jajanan tradisional penuh cita rasa. eunak Pak
Nggih pak Rochadi. Terimakasih apresiasinya
Tampaknya enak tuh... Bisa kirimnin ga, Pak? Haha....
Maknyos...mari kita lestarikan kuliner tradisional. Sukses selalu buat Pak Tri.
Benar bun, Indonesia kaya akan kuliner. Tiap suku bangsa memiliki kuliner tradisional yang luar biasa bervariasi. Terimakasih apresiasinya bunda.
Benar bun, Indonesia kaya akan kuliner. Tiap suku bangsa memiliki kuliner tradisional yang luar biasa bervariasi. Terimakasih apresiasinya bunda.