Sekolah Anno 1925. Pindah sekolah 1
Pagi ini cuaca agak mendung, Bapak mengantar aku kesekolah dengan sepeda motor bebek kesayangannya. Ini adalah hari pertamaku di sekolah baru, jam dinding di atas pintu gedung utama sekolah yang bertuliskan Anno 1925 menunjukkan pukul 6. Udara pagi terasa dingin menusuk, aroma lembab mulai terasa disertai rintik hujan yang perlahan jatuh membasahi. Bapak sangat bersemangat memindahkan aku ke sekolah ini, baginya pendidikan di Kota akan jauh lebih baik dibanding sekolahkku dulu. Aku menurut saja saat Bapak berencana memindahkan aku bulan lalu, karena bagiku dimana saja sama. Tapi ternyata aku salah.
Kota yang aku datangi adalah kota lama yang sudah dirancang oleh Pemerintah Belanda untuk menjadi hunian yang layak bagi warganya. Kota yang desain arsitekturnya sangat cantik dan memiliki ciri khas pada setiap detail bangunan sebagai tanda kejayaan pada masanya. Kota yang sebagian besar gedung dan perumahannya dibangun sejak lama sekali bahkan sebelum negara kita merdeka. Kota yang kemudian memiliki sejarah kelam pada nyawa-nyawa yang masih memilih untuk hidup. Kota yang tidak pernah ingin aku singgahi karena mereka yang tidak terlihat memang tidak layak untuk ku lihat dan ku dengar. Kota yang kini ternyata harus aku jajaki setiap hari mulai hari ini. Di kota ini aku bersekolah. Ucapan selamat datang berupa awan kelabu diatas gedung sekolah nampak ditujukkan padaku yang semakin menambah rasa enggan untuk masuk ditambah lengkung gerbang di pintu masuk yang dihiasi rambatan bunga kertas berwarna ungu seperti karangan bunga duka yang membuat perasaanku semakin gelisah.
Aku dan Bapak bergegas masuk ke ruang tata usaha, kami diterima oleh salah seorang staf – Pak Ujang. Kami dipersilahkan menunggu di ruang kepala sekolah, secangkir teh hangat disajikan diatas meja kepulan asapnya perlahan mulai mengisi udara diatas meja seolah ikut tersenyum menyambutku.
Ruangan kepala sekolah berlantai tegel warna abu-abu tua polos, jendelanya tinggi menjulang dicat berwarana biru tua, ada empat daun jendela yang langsung menghadap lapangan dan semuanya terbuka lebar - menambah dingin udara yang sudah sangat menusuk ini. Dinding ruangan ini tidak terlalu ramai hanya berisi tiga bingkai foto penghargaan dan satu bingkai foto keluarga besar sekolah. Meja kepala sekolah dan kursi tamu diletakkan berhadapan. Pohon pakis hias dalam pot putih berkaki ditempatkan di pojok kiri depan tepat disebelah kursi Kepala Sekolah.
Tak lama, kami pun diterima oleh Kepala Sekolah. Pak Ujang diminta mengantar aku ke kelas, sementara Bapak berpamitan padaku karena sudah saatnya ia bekerja. Aku dan pak Ujang menyusuri lorong panjang di sisi Barat dari ruang Tata Usaha, lorong ini sebetulnya tidak terlalu panjang hanya saja kesunyian pagi ini menambah lama perjalanan kami. Kelas 1A adalah tujuan kami, tepat berada diujung lorong. Suara hentakan sepatu menggema hingga ruang kelas yang kami lewati. Rasanya kosong dan ada rasa sedih yang tiba-tiba menghinggapiku.
Mataku kemudian melihat sosok anak perempuan berambut pendek sebahu mengenakan pakaian berupa kemeja polos dan rok selutut yang entah apa warnanya, hanya terkesan kusam lusuh dan tua. Semakin dekat aku dengan sosok itu semakin kuat rasa sedih yang aku rasakan. Tanpa sadar, aku sedikit mendekatkan diri ke pak Ujang yang dengan santai berjalan disisiku.
“dingin ya neng?” Hanya ku jawab ya
Langkah kaki mulai banyak terdengar, makin banyak dan ada yang setengah berlari disertai canda tawa ringan. Ternyata mereka adalah siswa yang mulai berdatangan, hatiku sedikit lega karena mereka memecah rasa sedihku dengan baik.
Tiba di ruang kelas 1A dan aku berterima kasih pada pak Ujang
Aku berdiri didekat papan tulis hitam, ternyata sudah ada beberapa murid di kelas itu. Mereka menyapaku dan Anggi salah seorang dari mereka menunjukkan kursi yang bisa aku tempati. Sambil tersenyum aku memperkenalkan diri, suasana jauh terasa lebih hangat didalam kelas, aku harap bisa terus seperti ini. Walau aku sudah ragu sejak awal, tapi seperti biasa tidak ada yang bisa membantuku bahkan Bapak sekalipun.
Hari pertama ini aku harap bisa berjalan baik tanpa “mereka” tahu bahwa aku dapat melihat keberadaan “mereka”. Karena jika hari pertamaku berjalan sesuai harapan maka untuk selanjutnya “mereka” tidak akan sadar bahwa aku ada diantara mereka, karena aku dapat menjadi perantara, aku dapat menjadi pendengar dan aku adalah harapan baru bagi “mereka” yang tidak menemukan kedamaian karena segala bebannya pada dunia.
Sumber Gambar (gambar hanya ilustrasi saja)
https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/982/gedung-smk-2-yogyakarta-dan-
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar