Tjandra

Ada kalanya ide menulis mengalir begitu saja, awalnya agak sulit memulai namun rasanya ide tersebut akan semakin kusut ketika tidak segera diuraikan. Semoga pil...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jalan Ambon - Halmahera 1997. Pindah Sekolah 5
misteri petualangan horor remaja

Jalan Ambon - Halmahera 1997. Pindah Sekolah 5

 

Hari ini rencananya aku pulang sekolah bersama Bapak, jarak antara sekolah dan kantor Bapak tidak terlalu jauh. Aku  tinggal menyusuri jalan Ambon kemudian melewati GOR, belok kanan dan tibalah aku di jalan Halmahera. Kantor Bapak terletak paling ujung, berhadapan dengan Rumah Sakit. Sudah beberapa kali aku mengunjungi kantor Bapak, kadang aku ke sana bersama Ibu untuk menemaninya menghadiri acara pertemuan PERSIT di akhir pekan.

“Teng teng teng teng” bel sekolah berdentang nyaring. Tandanya jam pulang.

Beberapa temanku masih tetap di kelas untuk merapikan kursi dan meja. Hari ini adalah giliran mereka piket kelas. Aku dan Anggi berjalan bersama di lorong panjang, angin semilir menemani perjalanan kami. Suara langkah murid-murid dan canda tawa mereka terdengar riuh bergema dilorong ini. Taman terbuka dengan bunga warna warni disisi lorong cukup membuat siapapun yang berjalan disini akan merasa lebih baik daripada hanya memandang tegel abu-abu gelap yang monoton dan membosankan.

Pohon flamboyan disisi lapangan dengan manis melambaikan barisan bunga merahnya kepada semua orang yang melewatinya. Deretan pohon asam dipinggir jalan depan sekolah membuat teduh suasana siang ini, tapi kehadiran sosok Anne di ujung jalan membuatku kesal ditengah keteduhan yang sangat menenangkan. Anne melambai padaku sambil tersenyum riang, sosoknya tidak berubah, masih sama seperti tadi, pucat dan menyebalkan.

“ Kamu mau kemana? Pulang? Main? Makan? Aku ikut ya” tanya Anne bertubi-tubi

Aku hanya diam berusaha mengabaikan. Aku mengingat sisa uang saku tadi, rasanya masih tersisa sepuluh ribu.

“Apa cukup ya untuk membeli majalah?” tanyaku

“Mungkin” jawab Anne

Aku menoleh padanya, kuketuk bibirku dua kali dengan jari telunjuk isyarat agar ia diam. Anne hanya tertawa dan berlari kecil didepanku. Aku susuri jalan ini sampai tiba di perempatan kecil, tinggal lurus saja lalu belok kanan didekar GOR dan sampailah aku. Oke!

Pemandangan GOR dengan lintasan lari yang besar membuatku kagum, pepohonan trembesi yang akarnya mencuat keatas tanah dan batangnya yang sangat besar memberi petunjuk bahwa mereka sudah sangat lama berdiri disana. Lintasan lari ini tidak berpagar, sangat mudah dicapai hanya perlu melompati trotoar dan saluran air untuk masuk.

“ Anne siapa itu?” suara teriakan anak lelaki terdengar dari atas.

Aku menoleh keatas mencari- cari asal suara itu. Aku terdiam membeku, rahangku terbuka, tidak ada suara apapun yang keluar dari mulutku. Mataku tak berkedip melihat pemandangan disalah satu cabang pohon trembesi. Anak lelaki mungkin seusiaku, berambut coklat muda mengenakan celana panjang coklat dan kemeja biru tua dengan suspender hitam semacam tali karet yang dipasang dari bahu sampai bawah pinggang. Anak lelaki itu duduk sambil mengayun-ayunkan kakinya. Wajahnya menarik walau sama pucatnya denan Anne. Aku masih terdiam dan mengutuk Anne karena ulahnya sekarang aku mendapat tambahan satu beban baru –anak lelaki itu.

“ Amelia, dia temanku” teriak Anne riang

“ Aku juga sekarang temannya!” sahut anak lelaki itu sambil meloncat turun dari ketinggian yang tidak masuk akal.

Kini mereka berdua berdiri disampingku. Aku masih terdiam, enggan membalas pembicaraan konyol mereka. Rasa amarahku sudah tidak bisa terbendung lagi, kehadiran mereka sungguh sangat menganggu. Pikiranku sudah dipenuhi tugas sekolah, les tambahan dan ditambah lagi harus mengurusi dua sosok ini.

“Sedikit lagi aku sampai jalan Halmahera” batinku

Kupercepat langkahku berharap dua sosok ini bosan mengikutiku.

“Amelia tunggu, kami ikut” teriak Anne dibelakangku

“Diam kalian, jauh sana! Ga ada urusan!” bentakku

Anne dan anak lelaki itu terkejut dan terdiam. Mereka perlahan menghilang. Aku tersenyum senang. Aku merasa menang. Aku merasa sedikit bebanku sudah terangkat. Ringan rasanya.

“Akhirnya, pergi juga, coba dari tadi kan bagus” kataku pelan

Jalan Halmahera sama teduhnya dengan jalan depan sekolah, pepohonan juga menghiasi sisi kanan dan kiri jalan,. Aku berlari pelan sambil sesekali berputar menikmati sejuknya siang ini. Kurentangkan tanganku merengkuh semilir angin yang berputar disekitarku.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post