Kamu Pasti Bisa

Tantangan Hari ke-3

#TantanganGurusiana

Jakarta, 17 Januari 2020

Nama panjangnya adalah Satria Maulana. Teman-teman memanggil dengan sebutan Satria. Dia adalah salah satu muridku di kelas 5D. Satria termasuk anak yang unik. Setiap pembelajaran selalu mengeluh “aku ngak bisa, susah.” Selalu saja terlontar kata-kata itu.

Entah mengapa selalu saja dia berkata seperti itu dalam setiap pembelajaran. Hal itu membuat rasa penasaran pada diriku. Apa yang menyebabkan dia berkata seperti itu ? Mungkin materi pelajaran yang aku sampaikan kurang mengena pada dirinya atau materi terlalu sulit dimengerti olehnya.

Satu hal yang membuatku bingung adalah dia sering menangis di dalam kelas. Tiada hari tanpa menangis. Tugas sekolahnya yang dikerjakan di kelas hampir tidak pernah selesai. Dia hanya bisa mengerjakan setengahnya. Menulisnya pun sangat lambat sehingga selalu menempati posisi terakhir dalam mengumpulkan tugas.

Akhirnya aku mencoba bertanya terlebih dahulu kepada guru sebelumnya di kelas 4. Menurut info dari guru yang ada, sebenarnya Satria termasuk kategori anak inklusi tipe lambat belajar Tapi entah kenapa sejak dari kelas rendahnya dia tidak dimasukkan dalam kelompok anak inklusi.

Berbekal info dari guru sebelumnya akhirnya aku berusaha mencari tahu juga tentang keadaannya di rumah dengan orang tuanya. Kebetulan saat itu ada kegiatan survey KJP. Hal ini tidak aku sia-siakan. Aku harus menemukan akar penyebabnya supaya dapat dicarikan solusi untuk penanganannya di dalam kelas.

Aku berkunjung ke rumahnya dan menemui ibunya. Kuberikan keterangan kepada Ibunya tentang keadaan anaknya di kelas. Beliau memberitahu bahwa keadaan anaknya memang seperti itu. Sejak kecilnya dia pernah mengalami panas tinggi dan beberapa kali mengalami kejang. Mungkin hal inilah yang membuat dia seperti itu. Lambat dalam menangkap pelajaran dan sering menangis.

Ya Allah…aku sadar bahwa sebagai guru aku harus bisa menerima semua keadaan anak muridku tanpa terkecuali. Aku tak bisa menuntutnya harus bisa sesuai yang aku inginkan. Tapi aku akan berusaha agar dia mempunyai rasa percaya diri terlebih dahulu. Dengan kepercayaan diri yang ada aku yakin dia pasti bisa melakukan tugas sekolah dengan baik.

Arti bisa di sini bukanlah dia harus cerdas secara akademik. Bagiku sikapnya yang mau mengikuti pembelajaran dan tidak malas masuk sekolah itu lebih utama. Dengan tetap bersikap sopan kepada guru dan teman-teman itu lebih aku hargai.

Dari situlah aku mulai mengadakan pendekatan kepadanya. Aku melarang dia mengucapkan kata “aku ngak bisa, susah” ketika pembelajaran. Setiap hari aku memberikan semangat kepadanya. Aku berkata bahwa kamu pasti bisa. Ketika dia telat menulis, aku selalu mendampinginya hingga tuntas menulis. Bahkan pengulangan materi pelajaran diberikan ketika waktu kosong

Lambat laun kulihat ada perubahan pada dirinya. Menulisnya sudah tidak lambat lagi. Dia pun sudah jarang menangis. Aku yakin bahwa sesungguhnya dia anak yang baik dan mau mengikuti pembelajaran di kelas. Tapi karena keterbatasan yang dimiliki sejak kecil membuatnya seperti itu. Satria…kamu pasti bisa.

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sempurna. Maha Suci Allah, ketahuilah bahwa kesempurnaan itu ada dalam diri kita masing-masing. Terkadang kita mengganggap bahwa sempurna atau tidak diukur secara materi atau fisiknya saja. Syukuri apa yang Allah berikan kepada kita. Dalam hal ini aku sebagai guru harus mensyukuri memiliki anak didik seperti dia. Justru hal inilah yang dapat membuat aku lebih peka dan sabar dalam menghadapi anak-anak didikku.