Titik Sandora

Titik seorang guru di SMPN 2 Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Seorang alumni sastra Unej & Unisma. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Anak Lelaki tak Bercawat

Sejak awal menikah Haji Rasyid sudah ingin memiliki momongan yang berjenis kelamin laki-laki. Istrinyapun begitu. Hajah Maryam juga ingin mempersembahkan seorang jagoan kepada suami tercintanya, Haji Rasyid. Tetapi sayang, realita tak sejalan dengan impian sepasang suami istri itu. Enam kali Hajah Maryam hamil, enam kali pula isi dalam kandungannya itu berjenis kelamin perempuan. Sampai pada kandungan ke-7 Hajah Maryam mengalami keguguran dan dokter spesialis kandungan menyarankan agar Hajah Maryam untuk tidak hamil lagi. Konon selama di rumah sakit Haji Rasyid tak sekalipun menjenguk istrinya itu. Sungguh memiliki anak laki-laki betul-betul impian terbesar dalam hidupnya. Apalagi Haji Rasyid terkenal kaya raya, seluruh hartanya takkan habis dimakan sampai tujuh turunan. Tidak memiliki anak laki-laki seolah mampu menurunkan reputasinya, gengsinya. Ditambah lagi karib Haji Rasyid yaitu Haji Sulaiman sering berolok “Tidak bisa disebut laki-laki sejati bila tak memiliki anak lelaki.” Olokan itu sangat menyinggung sisi kelelakian Haji Rasyid yang terdalam. Ia ingin membuktikan kepada sahabatnya bahwa ia pun b i s a. Haji Rasyid lupa kalau Allah Maha Penentu jenis kelamin keturunan seseorang.

Demi memiliki anak laki-laki, jalan pintas ditempuh Haji Rasyid. Ia menikah lagi. Ia begitu terobsesi dengan anak laki-laki. Tak dihiraukannya isak tangis Hajah Maryam yang telah memberikannya 6 anak perempuan. Ia menikah dengan seorang bunga desa nan belia Siti Sukmawati. Begitu sayang Haji Rasyid kepada istri mudanya. Terlebih saat ia tahu Siti tengah hamil muda, segala apa yang dimau Siti jadilah! Untuk kehamilan istrinya kali ini Haji Rasyid sama sekali tak menjejakkan kakinya di rumah dokter spesialis kandungan langganannya. Mungkin semacam trauma, ia hanya bernazar, kalau anaknya terlahir laki-laki maka tak akan dipakaikannya cawat (celana dalam laki-laki) sampai anaknya berusia 3 tahun.

Hari yang ditunggupun tiba. Nampak Haji Rasyid berjalan tak ubahnya sebuah setrika, berjalan dari ujung pembatas satu ke ujung pembatas yang lain tanpa henti. Di depan ruang operasi itu Haji Rasyid menunggu dengan tak sabar. Ketika pintu ruang tindakan itu dibuka, seorang berseragam putih memanggil Haji Rasyid. Pria setengah baya itu menghentikan langkahnya dan bergegas menghampiri petugas berseragam putih itu. “Laki-laki atau perempuan?” adalah pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya. “Laki-laki.” Sahut petugas itu. Haji Rasyid senang bukan kepalang. Ia kaget sekaligus sangat bahagia. Tanpa disadari tiba-tiba dadanya terasa nyeri dan sakit luar biasa. Ia pegangi dadanya, langkahnya goyah, akhirnya limbung dan tergeletak tak berdaya.

(pentigraf ke-5)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pentigraf yang keren. Sukses selalu dan barakallahu fiik

22 Aug
Balas

Terima kasih Bun. Dgn ucapan yg sama.

23 Aug

Tulisan keren sekali Bu Titik Sandora. Salam literasi, sukses selalu.

22 Aug
Balas

Terima kasih Pak Edi Sutopo. Dgn ucapan yg sama Bapak ..

23 Aug
Balas



search

New Post