Tita Meita Marcusi, S.Pd

Tidak ada kata terlambaat untuk memulai sesuatu. Tidak ada batas usia untuk terus mengukir sesuatu. Tidak ada yang akan menghalangi untuk berkarya. usi...

Selengkapnya
Navigasi Web
HARU BIRU GURU BARU 71

HARU BIRU GURU BARU 71

# Edisi : Tersentuh

#Tantangan Gurusiana

# Hari ke 81

Pagi ini di sekolah Dita dikagetkan dengan kedaatangan beberapa polisi ke sekolahnya, mereka terlihat menuju ruangan BK, disusul oleh Toni .

Begitu masuk kantor semua sedang ngumpul rame membicarakan sesuatu, Dita mendekati dan mendengarkan diam-diam,

“ Jadi gimana korbannya..” Pak Hasyim yang bertanya

“ Sekarang koma semalam di larikan ke rumah sakit Siloam, “ di jawab sama pak Andi.

Dita mendengarkan sambil mengira-ngira kejadiannya, tapi dia tetap tidak mengerti, akhirnya dia mencolek bu Ati, : “ Buu ada apa..”

“ Anak kita ada yang di lempar pake batu kena kepalanya, dan anaknya jatuh, “

“ jatuh gimana gak ngerti, “

“ Ituuu anak-anak habis dari Patok Beusi pulangnya numpang truk, si Danu duduk di atas deket kap mobil. pas lewat di Jatisati ada yang lempar untung jatuhnya ke bak truk bukan ke jalan. Tapi ya..koma lah anaknya sekarang, “

“ Trus polisi mau apa ke sini...”

“ Jemput anak-anak buat jadi saksi, karena fihak yang melempar tidak mengakui perbuatannya, sementara orang tuanya Danu sudah membuat tuntutan. “

“ Aduuuh ada-ada aja , mau ngapain lagi ke Patok Beusi coba.”

“ Iyaaa gak ada kapoknya...waktu itu seragam kita di pakai anak yang meninggal ingat kan bu Diiit, “

“ Bu aku mah sampai gemetaran dengernya juga... duh gimana perasaan orang tuanya ya...”

“ Ya beginilah masalah di sekolah bu , hayu ah ke kelas sudah bel tuuh sampe keantengan kita ya...” bu Ati mengajak Dita ke kelas.

***

Di kelas Dita memberikan arahan kepada siswa untuk bisa berhati-hati dalam memilih teman. Tidak lupa mengangkat kejadian yang sedang terjadi supaya tidak terulang . Dita menggambarkan bahayanya numpang mobil lewat istilah anak-anak itu nge be em.

“ Bu.. kata kakak aku, pernah ada yang nge be em tuuh, waktu mau naik mobil dia kepeleset ke giles deeh..”

“ Hiiii....” anak-anak perempuan sampai nutup kupingnya.

“ Iya buuuu... tetangga aku juga kegiles ban truk...gara-gara naek motor bertiga,” Anto terdiam

“ Teruuuus...” anak kembali ramai

“ Kan tetangga akunya pulang dari mesjid make sarung di selempangin tuuuuh. Waktu nyalip truk tau-tau sarungnya nyangkut di besi truk dan jatoh...kegiles deehhh...”

“ Hiiii...udah aaah serem buuuuu....” anak cewek protes.

Dita menenangkan kelasnya, dengan mengambil alih pembicaraan.

“ Naaah anak-anak, kalian ternyata sudah pada tahu bagaimana bahayanya nebeng mobil apa lagi naek motor bertiga, kaian faham kaaan? Apa lagi kalian masih kelas tujuh belum waktunya bawa motor sendiri.”

Sekalian Dita mengingatkan siswanya, karena dia lihat ada anak kelas tujuh sudah bawa motor sendiri.

“ Bu..bu...naek berdua juga bahaya lhoo..” Nodi berdiri sambil menunjukkan tangannya.

Melihat reaksi anak-anak, akhirnya Dita menggunakan kesempatan ini untuk mengeksplor anak,

“ Ada yang tahu kenapa bahaya..!! “ Dita memberi kesempatan mereka untuk memikirkannya.

“ Kalau ngebuuut...”

Dita memberi acungan jempol

“ Kalau sambil maen hape...”

“ Kalau sambil bercandaaaa...”

“ Anak pinter... tepuk tangaan...” kat Dita, dan kelas ramai dengan suara tepuk tangan.

Keramaian terhenti dengan suara Aldo : “ Nanti dulu buuuu ada kok yang gak ngebut tetap bahaya juga...”

“ Huuuuu....” anak-anak protes.

Dita tersenyum mendekati Aldo, sambil menenangkan kelasnya, melihat bu gurunya mendekat, Aldo melanjutkan ceritanya.

“ Iya buuu , aku pernah lihat koook, ada motor tabrakan dengan mobil waktu nyebrang , itu lho buuu padahal jalanan lagi macet.. tapi dari arah lain mobil bak sedang jalan.. jedder deeeh tabrakan..”

“ Aahhhhhh gak mau serem lagi buuuu udahaaaan aaah...” kembali anak perempuan protes.

“ Dengar anak-anak, kesimpulannya adalah... kalian belum saatnya menggunakan sepeda motor karena belum cukup umur. Makanya orang baru bisa berkendaraan jika usianya sudah tujuh belas tahun baru dia dapat surat izin mengemudi. Jadi jangan coba-coba ya... kalian kan ngeri sendiri mendengar akibat kecelakaan yang terjadi tadi, “

“ Iya buuuu...”

“ Ayooo kita lanjutkan pembelajaran kita hari ini...”

***

Keluar dari kelas Dita kembali menuju perpustakaan untuk melanjutkan pekerjaan kemarin kebetulan kosong jam ke tiganya. Waktu jadi tak terasa berjalan, tahu-tahu jam istirahat terdengar saking antengnya dia bekerja.

“ Jadi di sini tempat persembunyianmu sekarang, “ Toni duduk di depan Dita.

“ Kerjaaa... gak lihat apa, “ Dita tetap membuka beberapa buku.

“ Mau makan apa... aku ambilin nanti...”

“ Gak usah terima kasiiih...”

“ naah kaan, entar marah lagi...”

“ Bodo...” Dita mengerucutka bibirnya.

“ Hahaha..... “

Mereka menengokan kepala mendengar ada yang tertawa,

“ kataku apaa... kasih cinciiin ajaaa Dita mau .... ” Rudi ikut nimbrung sambil terus tertawa.

“ Sssssttt...sana ah ganggu aja kalian, lihat tuh anak-anak lagi mau pada baca, sono aah.. “ Dita mendorong Rudi buat ke luar.

“ yakin gak mau dibawain makanaaan...”

Dita hanya menjawab dengan isyarat tangannya, dan terus melanjutkan pekerjaannya.

Tak berapa lama seorang anak datang membawa kupat tahu.

“ Buu ini harus di makan kata pak Toni. “

Dita tersenyum menerima bungkusan, hatinya merasa tersentuh dengan perhatian kecil dari Toni.

Setelah mengucapkan terima kasih, dia langsung memakannya. Tetapi dia menyuap makanan, sambil terus membuka bukunya, sampai sebuah suara menghentikan suapannya.

“ Makan... ya makaan.. simpan dulu bukunya, “ Toni mengambil buku yang masih di pegang Dita.

“ Diiih kamu ngapain lagi ke sini...sini bukunya...” dia mau merebut kembali buku yang di pegang Toni.

“ Kamu makan dulu baru aku kasiihn lagi nanti..”

Dita hanya melongo melihat keseriusan Toni,

“ Ya sudah..ni aku makan, sono aaah...”

“ Mana terima kasihnya...” Toni malah menggodanya.

“ Ya udah bawa lagi kalau gak ridho...” Dita menghentikan makannya.

Dita tidak menyangka sama sekali dengan apa yang di lihatnya. Dengan entengnya Toni mengambil bungkusan kupat tahu dan memakannya menggunakan sendok Dita.

“ Udah jangan bengong aja, niiih lanjutkan makannya nona... aku gak akan ganggu lagi, “ Toni keluar sambil menyunggingkan senyumnya.

“ Ma kasiiiih...”

“ Telaaat... “ Toni terus berlalu....

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut...ditunggu

24 Jul
Balas

Makasih bu Eva... sabar ya..Dita akan hadir

24 Jul

Lanjutkan bu ditunggu sambungannya

24 Jul
Balas

Makasih bu Fitria dh nyempetin baca..

24 Jul

Lanjutkan bu ditunggu sambungannya

24 Jul
Balas

Keren bu cerpennya. Salam literasi

24 Jul
Balas

Terima kasih ibu sudah mampir

24 Jul

Waduh ada patok beusi segala... Hehe

24 Jul
Balas

Tempel tempelkrun we neeng aneka peristiwa hehe...

24 Jul



search

New Post