Tita Meita Marcusi, S.Pd

Tidak ada kata terlambaat untuk memulai sesuatu. Tidak ada batas usia untuk terus mengukir sesuatu. Tidak ada yang akan menghalangi untuk berkarya. usi...

Selengkapnya
Navigasi Web
HARU BIRU GURU BARU 70

HARU BIRU GURU BARU 70

# Edisi : Rasa Tak Biasa

#Tantangan Gurusiana

# Hari ke 80

Di rumah kembali Dita menyibukan diri dia membuka semua buku pegangan sampai hampir memenuhi setengah tempat tidurnya. Lap top di bukanya browsing ke sana-sini untuk mencari gambar yang menarik sekalian untuk menyiapkan power point nya. Ibunya sampai geleng-geleng kepala saat masuk ke kamaar anaknya karena sejak mereka ngobrol sepulang sekolah Dita belum ke luar kamar.

“ Ibu bantu beresin ya Diiit, “ tangan ibunya mau mengambil buku yang pada terbuka

“ Bu...buuu jangan, itu sengaja seperti itu biar Dita gampang kalau perlu, “

“ Ibu akan pindahkan ke meja kerjamu...”

“ Jangan bu... di sini penuh, biarin nanti kalau sudah selesai Dita beresin, “

“ Tapi kamu belum makan Diit, ini sudah lewat isya.. ayo makan dulu apa. ibu bawain ke sini.... itu ayah sama kakakmu khawatir, “

“ Iyaaaa ibu sayang sedikit lagi nanggung, ibu duluan aja makannya, “

Begitu ibunya ke luar, Dita malah merebahkan badannya. Sebetulnya dari tadi dia tidak konsentrasi. Berkali-kali membuat resume saja pengetikannya banyak yang salah. Air mata merembes dari ujung matanya yang terpejam. Dia mencoba dzikir malah nambah banyak air mata yang ke luar. Dita mencoba mengalihkan kekecewaannya sama pekerjaan sekolah yang memang harus dia persiapkan matang, yang ada malah berantakin buku di mana-mana.

Tadi siang waktu ibu memperlihatkan undangan pernikahan Andra, Ditaberusaha tidak memperlihatkan reaksi apapun bahkan menahan air mata supaya tidak tumpah di hadapan ibunya. Dita menelungkupkan badannya dan melanjutkan tangisnya. Sampai tiba-tiba usapan tangan halus terasa di punggungnya, tapi tidak ada suara apapun membiarkan Dita larut dalam sedihnya.

“ Dita sayaang, sini ibu peluk naak.... “ akhirnya ibu merengkuh badan Dita ke pelukannya.

“ Sejauh apapun kamu menyembunyikannya tidak akan sanggup Diiit, ibu akan tahu karena kamu ada di hati ibu. Bahagiamu...deritamu ibu akan rasakan. Jadi jangan berusaha menyembunyikannya dari ibu, “ ibu makin memeluk Dita dengan erat.

“ Diit bersyukurlah naaak, Allah telah menyelamatkanmu dari laki-laki tidak setia... bersyukurlah karena kamu sudah jadi anak yang berbakti sama ibu. Semoga pengorbanan yang Dita lakukan jadi amal sholih Dita. Kelak Allah akan menggantikan jodoh terbaik yang akan bertanggung jawab dunia akhirat buat kamu.”

Terdengar Dita engaminkan disela isak tangisnya.

Diiit ini Nuri telpon, kok hapemu tertinggal di meja , “ Rubi tiba-tiba masuk ke kamar. Ibu melepaskan pelukannya dan membiarkan anaknya menerima telpon.

“Alaiku salam Nur ada apa, “ Dita menjawab salam sahabatnya, dengan suara bindeng dan masih terdengar senggukannya.

“ Kamu nangis Diit...Andra neror lagi? ”

“ Bukan Nur... tapi dia ngirim surat undangan, “

“ Jadi kamu nangis karena itu Diiit, aku gak ngasih. Air matamu terlalu berharga untuk di tumpahkan buat orang seperti Andra... “

Dita kembali terisak....

“ Aku tidak menangisi pernikahan dia Nuuur, kepalaku rasanya penuuuh bangeet, “ Dita bicara sambil terisak.

“ Aku ke rumahmu sekarang ya...” Nuri menutup telpon tanpa menunggu jawaban Dita, dan langsung menelpon Rudi dan Toni.

“ Nuur tunggu kamu jangan bawa mobil biar aku sama Toni menjemputmu,”

“ Tapii...”

“ Gak ada tapi aku tidak akan mengizinkanmu bawa mobil sendiri malem-malem. “

“ Ruuud...”

“ Jangan membantah, aku calon suamimu...”

Nuri terpaku, ada rasa yang tidak biasa yang di rasakan sekarang. Hidupnya mulai berubah padahal Rudi belum jadi suaminya. Tapi perasaan damai dan terlindungi mulai dia rasakan. Nuri meredakan debaran halus di dadanya.

“Ya Allah aku bersyukur dalam Islam, semua sudah di atur sedemikian rapih, seorang perempuan begitu terlindungi jika menjalankan syariatnya.” Gumamnya.

“ Nuuur itu nak Rudi datang, “ terdengar mamihnya memanggil.

Nuri bergegas ke luar, Terlihat Toni menyimpan tanda tanya. Tapi Nuri belum bicara apapun, dia langsung mengajak mereka pergi, setelah pamit sama mamihnya.

***

“ Assalaamu Alaikum taaan, maaf kami dateng tiba-tiba, “ Nuri menyapa ibunya Dita yang membukakan pintu.

“ Gak apa-apa ayoo silahkan duduk, tuuuh Dita masih di kamar, coba di lihat Nur“ Ibu memberi tahu Nuri.

Nuri membuka pintu kamar pelan-pelan, terlihat Dita masih menelungkupkan badannya. Punggungnya masih kelihatan bergoyang pertanda tangisan Dita belum berhenti.

“ Diiit.... Ditaaa, “

Mendengara suara temannya Dita langsung menghambur ke pelukannya.

“ Menangislah sepuasmu Diiit..., “ Nuri menepuk-nepuk punggung sahabatnya.

“ Nuuur bagaimana aku nggak kepingin lariii... aku tidak mau menyimpan kemarahan Nuuur, aku tida mau mengingat senyuman sinis dia Nuuur... “

“ Ya udaaah kamu gak usah hadir, aja... memangnya kapan.”

“ malam minggu ini..”

“ Kalau gitu kamu ke rumahku aja, keluarga Rudi jadi datang malam minggu ini ya, jadi ada alasan buat tidak hadir,”

Dita melepaskan pelukannya,

“ Alhamdulillaaah Nuuur....” Dita kembali memeluk Nuri, sebuah pelukan bahagia.

“ Aku bahagia untukmu Nuuur Barakallaah...Barakallaah....aku akan menemanimu , aku janji...” Dita makin mengeratkan pelukan.

Kesedihan Dita jadi teralihkan dengan berita bahagia temannya,

“ Rudi mana..” akhirnya Dita bertanya.

“ Di ruang tamu nunggu kita yuuuk, ayoo cuci muka dulu.. “ Nuri sengaja tidak menyebutkan Toni bersama mereka.

Dita kaget melihat Toni ada di ruang tamu sama Rudi, dia berusaha menyembunyikan matanya yang bengkak dengan kerudungnya agak di tarik ke bawah.

“ Gak usah di tarik gitu Diiit, aku tahu kamu abis nangis, “ Toni memberikan komentar.

“ Diiit, pulang sekolah ada yang nyariin kamu lho...” sengaja Rudi mau menetralisir keadaan yang kaku.

“ Iya Diiit, dia pura-pura gak butuh info dari kita tuuuh, “ Nuri menyenggol kaki Toni.

Dita mengangkat wajahnya, gak percaya sama omongan temannya.

“ Iyaaa aku tadi nungguin kamu, maafin kak Toni tadi ya Diit, “

“ Diiit kayaknya dia juga ngikutin ke sini da .. coba tanya, iya kan brooo...” Rudi melempar senyum sama Toni.

“ Sok tahu luu...aku gak nyususl kan Diiit” Toni menjawab cepat.

“ Gak adaa... “ Dita menjawab pelan.

“ Ya pasti gak akan masuk Diiit, kebiasaannya dia cuman lihat rumahmu aja kayak di pelem korea haha..” Rudi berhasil membuat mata Dita kembali hidup.

Dita menatap Toni tidak percaya, yang di tatap pura-pura tidak melihat sampai kaki Nuri menyenggolnya.

“ Ngaku buuung...”

“ menurut kamu aku ada di mana Diiit, “ Toni balik nanya,

“ Aku gak mikirin...” Dita menjawab ketus, msih ingat kelakuan Toni di perpustakaan.

“ Kammu masih marah ya... kan aku udah minta maaf, biasanya juga aku kan kayak gitu nunggu kamu marah..”

“ aku sebel sama kak Toni..”

Rudi dan Nuri tertawa mendengar mereka mulai perang kata, artinya Dita sudah mulai bisa menguasai diri.

“ Iya Diiit sebelin aja orag kayak gitu mah... rasain luuu..” Rudi masih tertawa.

“ Diiit aku minta maaf, janji nanti-nanti lagi aku bujuk kamu ya...”

“ Telaaat...”

Tawa kembali terdengar di ruang tamu. Ibu jadi tenang melihat teman Dita bisa menghibur anaknya.

“ Jadi gimana tuuuh, kak Toni ke sini gak tadi...” Nuri nanya penasaran..

“ iyaaa aku ke sini, Rudi benar aku gak masuk tadi sampai maghrib baru ke mesjid sebelum pulang, “ Toni akhirnya mengakui.

“ Tuuuh Diiit ada penggemar diam-diam hati-hati ya...”

Dita menatap Toni tidak percaya, kemali ada rasa tak biasa yang menggelitik hatinya hangat.

" Kenapa gak masuuuk, " mata Dita masih menatap.

“ Habisnya aku harus menjaga kehormatan Dita ... pantang seorang laki-laki bukan muhrim datang sendiri, “ Toni membela diri.

Dita bagai disiram air sejuk, mampu mendinginkan hati yang sedang remuk redam, tapi tersentak mendengar Rudi bicara.

“ Ya.. udah lamaar aja sekalian biar langsung halal, Mau gak Diiit...” Rudi memberi saran spontan.

Ruang tamu menjadi hening... Nuri menepuk bahu Rudi bercanda kebablasan.

“ Diiit jangan di dengar omongan dia mah...”

Rudi tidak mendengarkan Nuri malah mendorong Toni untuk bicara,

“ Gimana brooo.... memang kamu gak takut suatu saat Dita keburu ada yang nyamber..”

Toni hanya melihat reaksi Dita, dia tidak akan gegabah mengatakan hal serius sambil bercanda seperti sekarang. Tapi ratio dan tindakannya kembali tidak kompak,

“ Diiit...”

“ Jangan kak.... jangan sekarang...”

“ Memangnya apa yang mau aku katakan...” Toni tersenyum, dia mulai bisa menahan apa yang mau di katakannya.

“ Emang mau ngomong apa..”

“ Aku mau ke Batam, kamu jangan kangen sama aku ya...” Toni tersenyum sambil nahan tangannya karena di lemparin sama Nuri dan Dita.

“ Siapa juga yang akan kangen... sono aah jauh-jauh, biar gak ada yang bikin jengkel,” Dita menganggap itu guyonan Toni saja.

Suasana di ruang tamu menjadi hidup dengan suara tawa mereka.

Malam makin beranjak. Dan saat mereka pamit, kepala Dita mulai terasa ringan. Maka dia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda kali ini semua diselesaikan dengan cepat dan mudah.

Saat ayah dan ibunya membuka kamar diam-diam, terlihat Dita sudah terlelap dengan senyum mengambang. Buku yang berserakan sudah tertata rapi meja kerjanya.

( Bersambung )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya, kayak seru ni kelanjutannya. Tetap semangat dan suskes selalu

23 Jul
Balas

Terima kasih pak Muslih sudah mampir..mudah mudahan tidak mengecewakan..

23 Jul

Siap mbak Del...

23 Jul
Balas

Di tunggu kelanjutannya....sukses ya.

23 Jul
Balas

Makasih bu Gustryarni...

23 Jul

Alhamdulillah Dita sudah tersenyum lagi

23 Jul
Balas

Ditaaa, begitu dongg. Kamu harus melupakannya

23 Jul
Balas

Ditunggu kelanjutannya ya bun

23 Jul
Balas



search

New Post