Tita Meita Marcusi, S.Pd

Tidak ada kata terlambaat untuk memulai sesuatu. Tidak ada batas usia untuk terus mengukir sesuatu. Tidak ada yang akan menghalangi untuk berkarya. usi...

Selengkapnya
Navigasi Web
HARU BIRU GURU BARU 66

HARU BIRU GURU BARU 66

# Edisi : Pembina Upacara

#Tantangana Gurusiana

# Hari ke 76

Nuri sampai di sekolah lebih pagi dari biasanya, karena senin ini bagian dia yang menjadi pembina upacaranya. Begitu sampai di sekolah dia langsung menemui anak-anak 7H yang di walikelasi olehnya untuk membuat persiapan, khususnya pengibar bendera. Htinya tidak karuan, keringat dingin sudah terasa membasahi telapak tangannya. Berkali-kali dia bolak-balik kamar mandi. Tadinya dia mau minta di wakilkan sama pak Andi, tapi di halangi sama teman-teman guru yang lain

“ Gimana Nur siap? “ Toni mendekatinya

“ Aku gugup ini... takut lupa lagi apa yang mau di sampaikan,” Nuri memperlihatkan tangannya yang basah.

“ Tenang aja kan ada aku di belakangmu, terus Dita juga ada di belakang anak-anak padus, santai aja ya, kamu pasti bisa..” Toni membesarkan hati Nuri, dan berlalu untuk membereskan peserta upaara.

Nuri makin gelisah tatkala para guru sudah mulai berdatangan, dan sedang bersiap-siap mengikuti upacara. Nuri melambaikan tangannya saat melihat Dita.

“ Kenapa sih kamu panik amat Nuur.. tenang aja, “ Dita memegang tangan Nuri yang dingin.

“ Kamu jangan jauh-jauh dulu dari aku, “ Nuri memegang tangan Dita saat merasa temannya mau pergi.

“ Sebentar Nuur, kan Yati gak ada, makanya aku harus ngurus anak-anak padus , kamu duduk dulu napa di kantor.” Dita memberi saran.

Nuri menuruti saran Dita, dan membalikan badannya menuju ruang guru .

“ Sini Nur, niih minum dulu, “ Nuri dengan refleks mengambil air minum dan duduk di kursi tamu.

“ Hai... kamu minum sambil melamun gitu, di samber alap-alap baru tahu, “

Nuri kaget dan baru ngeh bahwa yang ngasih minum Rudi.

“ Ngapain di sini,...”

“ Ngasih minum kamu..”

“ Udah aku minum... sono ah,”

“ Aah...cie..ciee calon pengantin berikutnya , “ Bu Usi mendekati mereka.

“ Aamiin...” Rudi menjawab sambil tersenyum. Nuri memberengutkan mulutnya sambil melotot ke arah Rudi.

“ Senyum atuh neng Nuri... janga tegang gituh, ayoo aminin doa ibu tadi, “ bu Usi kembali menggoda.

“ Aaah ibu jangan bikin aku makin gugup bu...”

“ gugup sama calon suami? “ bu Usi makin menjaadi

“ Tuh yaah ah gak mau ah... ibu Nuri serius niiih gugup mau jadi pembina upacara. “ Nuri meremas-remas tangannya yang makin basah . Melihat tangan nuri basah bu Usi pun mulai membesarkan hati temannya yang baru pertama kali mau jaadi pembina upacara. Disuruhnya Nuri menarik nafas panjang berkali-kali, sambil baca robbisrohlii sodri wayasirlii amri wahliul uqdatammilisaani yafqohuu qoulii, sampai hatinya tenang.

Nuri mengikuti instruksi dari bu Usi, dan tiba-tiba suara Nuri terdengar gembira,

“ Alhamdulillah bu aku udah gak gemetaran lagi..” mata Nuri berbinar-binar.

“ Matanya biasa aja kali... lihat Nuri kayak baru sekarang aja...” Toni menepok punggung temannya yang terlihat sedang memperhatikan Nuri. Semua jadi memperhatikan Rudi .

“ Sudah... hayu kita ke lapang upaacara, mau di mulai kan pak Toni, “ Rudi mengalihkan perhatian teman-temannya sambil berdiri.

Akhirnya mereka memasuki lapangan upacara, dan Nuri sudah mulai bisa menguasai diri. Dita memberi isyarat dengan mengepalkan tangannya , “ semangat Nur..”

Upacara kali ini lebih spesialnya lagi, karena sekalian mengumumkan hasil FL2SN, dan sekolah mendapatkan peringkat dua tingkat kabupaten. Jadi Nuri menyiapkan pidatonya tentang usaha yang harus dilakukan untuk meraih prestasi.

***

Nuri di peluk Dita saat upacara selesai,

“Alhamdulilaah temanku memang hebaat, selamat ya Nuur.. kamu lulus jadi pembina upacara.”

Nuri masih terdiam tidak menyangka sama sekali semua bisa terlewati dengan lancar. Tangannya di tarik sama Dita ke tempat duduk mereka.

“ Sejak kapan kamu ketularan Dita bengong mulu Nuur, “ Rudii ikut nimbrung di meja.

“ Kamu jahat Rud emangnya aku tukang bengong apa..” Dita senyum sambil merhatiin temannya yang masih belum fokus.

“ Haiii nona cantiiik, haiii...” Rudi melambai-lambai tangannya di depan muka Nuri.

“ Ehh... apa Dit... ini apa lagi tangan kamu awas ah..” Nuri menepiskan tangan Rudi.

“ Naah udah sadar Diit, tadi juga sebelum upacara gitu, eeeh upacara selesai kumat lagi ni anak, minta di rukiyah kayaknya. Mendengar perkataan Rudi tak urung Nuri jadi tersenyum.

“ Bapak Rudi... boleh meninggalkan kami berdua? Silahkan anda bergabung dengan bapak-bapak yang lain, “ Nuri mengusir Rudi.

“ Baik nona... jangan lupa apa kataku semalam ya...” Rudi membungkukan badannya, dan berlalu sambil tersenyum.

“ Ada yang aku tidak tahu ini.. hayoh apa, “ Dita mendekati Nuri.

“ Ga tahu lah Dit, aku masih gak bisa percaya aja sama omongannya,”

Nuri pun menceritakan obraolan semalam di telpon.

“ Nur kalau aku fikir sih Rudi serius kali ini, dia gak mungkin membuat candaan urusan seperti itu, apa lagi ngobrolnya ada kak Toni di telpon. Biar bagaimana kamu harus siap kalau ucapannya benar.” Dita mengingatkan temannya.

“ Kita lihat nanti aja lah Dit, aku gak mungkin ngobrol juga sama mamih, “

“ Kamu mau aku jembatanin Nur? “ Dita memberikan usulan.

“ Gak usah Dit, aku mau tahu aja langkah dia, karena ku fikir juga dia akan ngobrol dulu ke mamih kalau bener mau bawa orang tuanya mah, “

“Ya sudah kalau gitu aku turut mendoakan kalian ya?”

Ke duanya terdiam sambil menyiapkan buku yang mau di bawa ke kelas, karena lima menit lagi kelas akan di mulai,

“ Dit, pulangnya aku anter ya... aku lagi butuh di temenin..”

“ Oke.. tenang aja, aku hari ini full, kita ketemu istirahat aja di tempat soto depan ya..”

***

Baru kali ini waktu terasa berjalan lambat, Rudi terus melihat jam tangannya sampai Toni mengingatkan

“ Kamu mau kemana sih lihat jam mulu, “

“ Ada deeh..”

“ Awas aja kalau minta bantuan lagi aku gak akan bantu. “ ancam Toni, di jawab Rudi hanya dengan senyuman dan dia ke luar dari ruang Osis, ngikutin Dita

“ Diiit... tunggu bentar, “ mendengar Rudi manggil Dita, tanpa sadar Toni jadi mengikuti Rudi dari belakang.

Dita menghentikan langkahnya, menunggu mereka mendekat.

“ Ada apa..”

“ Kamu mau kemana, “

“ Moto copy, mau ikut? “ Dita tersenyum .

Seketika Toni membalikan badannya, kembali ke ruang Osis, menahan malu.....

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hehehee...pak toni. Semangaaat pak

19 Jul
Balas

pada doain ya... hehe.. makasih Bu...

20 Jul

Serba serbi sih jadi pembina upacara itu... Hehe

19 Jul
Balas

Begitulah..nostalgia guru muda..hehe

19 Jul

cie..cie...asmara mulai membara..salam sukses

19 Jul
Balas

Dunia guru muda biasa pada cengcengan..cinlok..hehe

19 Jul

Aduhhhh....mlunya Pak Toni.....

19 Jul
Balas

Gak kuku dia..hehe

19 Jul

Keren tulisannya bun, ingat waktu sekolah dulu

19 Jul
Balas

Gitu ya non...makasih sudah mampir ya..

19 Jul



search

New Post