HARU BIRU GURU BARU (55)
HARU BIRU GURU BARU (55)
Edisi : Do’a ibu
#Tantangan Gurusiana
#hari ke 63
Toni bergegas menuju ruang perawatan Lutfi di lantai 302, terlihat dua selang infus menusuk tangan Lutfi, rupanya dia sedang mendapat transfusi darah, dia tergolek lemah matanya terpejam, dengan mulut lamat-lemat memanggil nama nya, padahal di sebelahnya Dandy memegang erat tangan Lutfi, Toni jadi serba salah., dia kembali membalikkan badannya, tapi di tahan sama ibunya Lutfi: : “Nak Toni… tolong tenangin Lutfi, mamah mohon, mamah tidak tega melihat dia, mari naak, “ Toni di tuntun mendekati tempat tidur Lutfi, dan menyuruh Dandy untuk menjauh sebentar, tadinya dia tidak mau berdiri sampai ayah Lutfi yang menuntunnya ke luar kamar.
Dari penjelasan ibunya, ternyata Lutfi mengalami pendarahan sebagai efek samping operasi pengangkatan rahimnya, adapun demam tingginya karena ada kerusakan pada organ di sekitar rahim dan terjadi infeksi. Yang makin membuat kondisi fisiknya ngedrop ternyata sepulang dari rumah sakit Lutfi tidak mau makan dan menolak bertemu dengan siapapun termasuk Dandy.
“Jadi kata dokter kenapa reaksi Lutfi seperti itu mah, “
“Lutfi mengalami masalah psikologis, memang kerap terjadi pada pasien yang mengalami operasi pengangkatan rahim,”
“Kok bisa “
“Ya begitulah makanya mamah menghubungi nak Toni juga karena salah satu yang menjadi fikiran berat Lutfi adalah rasa bersalah sama nak Toni ” ibunya menjelaskan panjang lebar.
Toni mendekati Lutfi, dan mencoba bicara bahwa dia tidak akan memaksakan apa yang Lutfi tidak suka, bahkan dia bisikan juga bahwa akan terus mendoakan yang terbaik buat masa depan Lutfi. Rupanya Lutfi mendengar apa yang dibicarakan Toni karena tangan Lutfi seperti mencari arah suaranya, melihat hal itu ibunya segera memegang tangan anaknya : “ Sayaaang nak Toni ada di sini, kamu dengar kan” ibunya mengusap tangan anaknya.
“Lutfiii, dengar kak Toni yaa… kamu ingat Allah terus ya… baca istighar yang banyak, Allah sayang sama Lutfi.. ayo ikutin kakak ya…” Toni membimbing Lutfi untuk membaca istighfar, sampai terlihat mulutnya mengikuti apa yang diperintahkan Toni,
“Maaah lanjutkan bacakan di telinga kanan Lutfi ya maah, biar yang dia ingat Allah bukan yang lain, Toni akan bisikin dengan surat Al Fajr, biar jiwa Lutfi tenang,” Toni mengajak ibunya Lutfi untuk menguatkan do’anya, karena dia yakin do’a seorang ibu akan membuka Ar Rasynya Allah, sampai turun ijabah dari Yang Maha Mendengar.
Tak berapa lama terlihat nafas Lutfi mulai tenang, sepertinya dia tertidur, Toni agak menjauh dari tempat tidur untuk membirikan kesempatan ibunya untuk terus memanjatkan doa buat Lutfi,
Melihat keringat di kening Lutfi Toni memberikan waslap sama ibunya Lutfi.
Begitu tangan menempel di kening anaknya, “ Subhanallaaah…Ya Allaah…Ya Allah “ suara ibunya sampai terdengar ke luar kamar, membuat ayah dan Dandy menerobos masuk kamar “Ada apa maah..”
“Alhamdulillah demamnya sudah reda yaaah…Lutfi sudah tidak demam, dari tadi juga kan keringetan tapi dia demam, sekarang coba ayah pegang keningnya yaah.” Ibunya membawa tangan suaminya di tempelkan di kening Lutfi : “ Alhamdulillaah ya Allah..Alhamdulillaaah…” ayah langsung sujud syukur.
Karena keadaan sudah mulai tenang, akhirnya Toni pamit. Dia menolak secara halus saat di tahan sama mereka, demi menjaga perasaan Dandy. Tapi dia tidak bisa menolak saat mereka minta dirinya untuk menengoknya kembali esok hari,
Dia langsung mengarahkan mobil ke rumahnya, karena Rudi dan Nuri sudah pulang diantar sama Rubi , karena Toni tidak kunjung kembali.
***
Sepeninggalan teman-temannya tadi, hatinya merasa sepi, apalagi saat teringat Toni yang tergesa-gesa pergi setelah mendapat telepon, membuat hati Dita terasa lebih hancur, satu hatinya merasa di hempas, dan di sudut hatinya yang lain terasa lepas tidak tergapai. Bahkan untuk disimpan di dasar hatinya pun dia sudah tidak sanggup lagi sekarang. Ada trauma yang dirasakan dengan kejadian yang menimpanya walaupun berkali-kali hatinya mengingatkan tentang ayat Allah yang mengatakan “ Tidak akan disebut beriman seseorang sebelum datang cobaan kepadanya,”. , tapi Dita tidak mampu menahan kesedihannya, dia menangis diam-diam di kamarnya sambil mencoba mengobati hatinya dengan mengingat kemurahan Allah . dengan memberikannya sahabat yang luar biasa, mereka ada saat Dita sedang membutuhkannya. Mulutnya terus dzikir, Dita tidak ingin memberikan kesempatan terhadap syetan untuk mengalihkan hatinya dari Allah, dia takut saat hatinya lemah dan lengah akan menjerumuskan dia dalam prasangka yang tidak baik sama Allah.
“Diit, kamu belum tidur nak, sini ibu temani ya…” ibu tidur di samping Dita sambil memeluknya.
“Buuu… doain Dita kuat ya buu…” Dita balas memeluk ibunya
“Sini nak, ibu akan doakan kamu, mendapatkan yang terbaik dalam hidupmu, baik rizkinya, karirnya, kesehatannya juga jodohnya..” Dita merasa ibu meniup ubun-ubunnya.
Ada perasaan damai di hatinya, apalagi terdengar ibu terus membisikkan doa terbaiknya, sampai tak terasa matanya terpejam juga..
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bun
Makasih bu Nanih Solihat..sudah mampir..
Siap menanti lanjutannya bun
Terima kasih suportnya bu Murdiana
keren cerpennya Buk Tita
Terima kasih pak, salam kenal dan salam literasi...makasih sudah mampir..
smg sukses sll ya
salam knl n salam literasi ya
Doa obat segala gundah...
Haruuuus...
banyak yang ...banyak yang terluka...next bu...
Inilah hidup..harus terus di jalani...terimakasih bu Mas'amah
Mantap bun, penasaran kelanjutannya, kemanakah hati toni akan berlabuh
Ikuti terus lanjutannya ya buu, makasih sudah nyempetin baca..