# Tantangan Gurusiana

# Hari ke 83

# Pentigraf

Suasana pagi itu di sekolah, kita ramai menceritakan tentang diare yang di alami beberapa teman guru. bu Ani menceritakan semalaman bolak-balik kamar mandi sampai gak bisa tidur. Bu Hani malah mengalami diare nya sehabis sholat subuh, sampai lima kali bolak-balik. Aku memperingati mereka supaya hati-hati jangan sampai “moncor “ gak ketahan saat sedang di kelas. Mereka hanya menanggapi peringatanku dengan senyuman.

Saat aku masuk kelas, ternyata ada beberapa anak yang izin sakit karena diare. Berarti sedang terjadi wabah diare di daerah kami. Dalam hati aku agak bangga gitu karena tidak kena diare. Selama ngajar fikiranku terus menghawatirkan temanku takutnya serangan sakit perut datang saat mereka sedang mengajar. Tapi sampai istirahat ke dua mereka baik-baik saja. Aku jadi ikut lega.

Jam pelajaran terakhir aku mengajar di kelas 9 B reksi mereka dalam belajar sangat baik, sehingga sampai lima menit terakhir mereka tidak bisa diberhentikan saking antusiasnya belajar. Aku mulai merasakan sakit perut, tapi fikirku mungkin ini hanya mau buang angin saja. Ada hal buruk yang sering aku lakukan di kelas jika mau buang angin aku melipir ke pinggir papan tulis dan menunggu siswa ramai diskusi si angin aku keluarkan dengan aman tanpa ada yang mengetahuinya. Makanya akupun melipir, tapi bukan angin yang ke luar tapi rembes, spontan aku langsung teriak “ anak-anak sudah yaa...aduuuh ibu gak tahan “ mereka langsung terdiam. Begitu melihat aku mengepitkan ke dua kakiku dan tangan menahan – maaf ‘bokongku’ sambil lari ke luar kelas, “geeeerrrrr...” mereka baru ngeh ibu gurunya eheeem...moncor gak ketahan..