Buta tapi Melihat
Kejadian dua hari lalu mengajarkan hal berharga. Pelajaran untuk saya dan Anda. Tentang bagaimana merawat atau apa yang merusak mata. Utamanya, mata mereka, anak-anak kita yang belum terlambat untuk bisa selamat.
Sudah saya tulis sebelumnya. Seorang siswa tidak bisa membaca materi dari yang ditulis guru di papan tulis. Ukuran tulisan standar, tidak terlalu kecil. Cukup terbaca dari baris paling belakang di kelas. Seharusnya begitu jika mata siswa masih normal. Terlebih, mereka masih kelas delapan. Sayangnya dia tidak bisa membaca sekalipun duduk di kursi baris paling depan. Jarak dia duduk dan papan tulis hanya dua meteran.
Usut punya usut, penyebabnya adalah penggunaan gadget. Smart phone biang keroknya. Canggihnya teknologi membuat mereka terlena. Mereka bermain game online secara berlebihan. Menggunakan media sosial tidak kenal batas waktu. Menonton film atau drama dari luar negeri banyak sekali. Menatap layar gadget terlalu dekat dalam durasi waktu yang lama. Terus-menerus tanpa kontrol orang dewasa. Akhirnya, mata mereka rusak secara perlahan.
Lebih mengejutkan lagi, siswa itu tidak satu satunya. Guru menemukan siswa lain dengan kasus yang sama. Tidak bisa membaca dengan alasan tulisan guru tidak terbaca olehnya walau di baris paling depan. Mirisnya, mereka enjoy saja. Hal itu seolah tidak jadi kendala belajar. Faktanya, kendala itu nyata.
Ironisnya lagi, hal itu tidak diketahui orang tua mereka. Mungkin karena mereka tidak memberitahu orang tuanya. Bisa jadi mereka tak peduli atau kurang perhatian kepada anaknya. Jangankan membelikan kaca mata, memeriksakan kondisi mata mereka pun tidak dilakukan. Akibatnya, semakin hari penyakit mereka bertambah parah.
Jika hal ini dibiarkan berlarut, bisa dipastikan prestasi siswa semakin menurun. Ketidakmampuan mereka menerima materi visual secara optimal berakibat capaian mereka juga rendah. Otomatis, nilai juga rendah. Selain itu, kesehatan mata mereka akan menurun. Hasilnya, buta tapi bisa melihat tapi sangat terbatas.
Bahaya ini hendaknya disadari oleh siswa, orangtua, dan gurunya di sekolah. Harus ada kepedulian dari semua pihak. Tulisan ini adalah bukti saya peduli terhadap masalah ini.
sata
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar