Wajah sang waktu
Aku menemuimu di teluk waktu Semua beku dan khusuk. Daun daun lesu tertunduk. Pada suatu kota yang pernah rusuh. Tentang harapan dan dendam Sebelum semua padam Lalu menjadi lambaian.
Hujan memecah kemarau Kita menyimpan mata yang risau Desau angin di bawah bukit Mengangkut semua rindu.
Semua telah ditimpa hujan: Batu batu. Tanah tandus. Tebing tebing. Perahu kecil...
Dan kita bersandar, Di teluk rahasia, Menyibak wajah sang waktu, Pintu awal dan akhir.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi srkadarnya buk.puisi bebas.ada batas di titik. Soal.baitnya..karena salah edit.
Apa ini puisi model terkini? Mohon maaf saya tak ngikuti perkembangan penulisan puisi. Jadi tak paham. Salam sehat dan sukses selalu.