Rabar
Rabar
Tantangan Menulis Hari ke 10
#TantanganGurusiana
Pagi ini tulisan kami agak beda dengan biasanya, namun tidak lari dari tema awal yang kami usung. Kata pepatah "Bukan satu jalan ke Ka'bah". Artinya beragam cara bisa kita lakukan untuk mewujudkan sebuah impian dan harapan. Tidak terkecuali dalam menjawab tantangan Media Guru Menulis selama 30 hari nonstop, ide ide muncul untuk sekedar melatih kemampuan menulis kami sendiri. Meski kami menyadari bahwa secara tata bahasa Indonesia masih terdapat kekeliruan di dalamnya. Insya Allah akan terus kami perbaiki untuk kemajuan di masa yang akan datang.
Judul kita kali ini tentang Kuliner daerah, yang bahasa kampung kami menamakannya dengan "Rabar". Menjadi salah satu local wisdom yang harus kita lestarikan keberadaannya, ini hanya satu contoh kuliner khas daerah dari 34 provinsi di Indonesia. Atau bisa saja kuliner ini ada didaerah lain, meskipun namanya berbeda antara satu sama lain. Namun pastinya kuliner ini pernah menjadi menu favorit di eranya. Jika anda pernah menikmatinya mungkin anda akan merindukan kuliner yang satu ini.
Masih ingat dengan kuliner ini?
Atau baru kenal kuliner ini?
Bagi anda yang lahir era tahun 90an kebawah, pasti kenal makanan yang satu ini. Salah satu kuliner khas mandailing. Di Sumatera Barat ada juga yang versis namanya, hanya beda satu hurup, "Rabab". Tapi Rabab bukan kuliner di Sumatera Barat, Rabab salah satu aliran musik tradisional yang biasanya dimainkan oleh seseorang, dengan suara yang cukup nyaring dan merdu, kalau anda pernah menonton film Siti Nurbaya, Sengsara Membawa Nikmat. Alunan musik itu mengiringi Rabab
Nama kuliner Ini RABAR, Bahan bahannya cukup mudah didapat,
1. Rindang. Buah nangka yang masih berusia muda. di kampung kampung ini cukup mudah mendapatkannya.
2. Belimbing, sebagai asam
3. Cabe Rawit, boleh juga cabe biasa.
4. Garam secukupnya
5. Gula secukupnya
mengolah bahan ini juga tidak terlalu susah, di tumbuk dalam lesung hingga semua halus boleh deh apa saja yang duluan di tumbuk. Namun biasanya, cabe ditumbuk lebih dulu sampai halus barulah rimbang dimasukkan hingga halus. Para Gadis gadis biasanya lebih ahli mengolahnya agar semakin nikmat rasanya, apalagi dikerjakan secara bersama sama sambil merumpi sana sini. Asam, Asin, Manis, Pahit, Pedas, bercampur menjadi satu dilidah. Ending ahir dari makanan ini adalah kenikmatan tiada duanya tapi bagi lidah kampung, kalau lidah kota barangkali akan terasa asing rasa makanan tradisional ini. Lebih lebih jika belum pernah mencobanya.
Sahabat semua!!!
Itulah kehidupan, asam, asin, manis, pahit akan datang silih berganti, silahkan di rabar keseluruhannya agar endingnya menjadi nikmat. Kehidupan ini tidak selamanya manis seperti gula, tidak selalu pedas seperti cabe, ada kalanya memang pahit seperti Rindang (nama untuk buah nangka yang masih kecil dan muda). Yang kita khawatirkan kehidupan tidak terasa lagi, alamak kalau garam sudah tidak terasa asin, gula sudah tidak manis. Saran saya siap siaplah untuk menuju alam baru, mungkin tempat kita sudah tidak cocok lagi di Dunia ini.
salam
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sebagai penikmat Rabar, maka menjalani kehidupan ini juga seperti menikmati rabar,, semangat..Rabar juga bisa jadi bahan tulisan, inspiratif
Haaaaa. Semua bisa diolah, tinggal masukkan bumbum jadi dech. Soal rasa tergantung lidah masing masing