RUMAH EMAKtantanganharike38
RUMAH EMAK
(pentigraf)
Wajah Mak merona bahagia, memandang ke arah rumah yang sedang dibangun. Sejak diluruhkan oleh gempa tahun 2009, baru sekarang rumah Mak dibangun kembali. Meski baru 70%, Mak sudah, senang. Harapan untuk punya rumah batu seperti dulu akan jadi nyata. Sebenarnya rumah ini dapat selesai dalam waktu singkat,andai kakak dan adik ku punya kepedulian yang tinggi. Di tanah seberang mereka sudah hidup enak, sudah punya rumah lebih dari satu, punya mobil, punya usaha yang mapan. Namun kepedulian pada Mak tidak begitu terasa. Mereka tidak bisa rutin berkirim pada Mak. Sebagai laki laki tentu mereka punya kewajiban penuh untuk menafkahi Mak. Apakah para istri mereka tidak mengingat kan? Entahlah, tetap saja Makku seperti sebatangkara.
Sebenarnya ada aku yang menopang kehidupan Mak. Aku yang mengandalkan kehidupan dari bertani tidak bisa berbuat banyak. Kalau untuk makan, keperluan hari hari dari hasil panen padi cukup. Tapi untuk membangun rumah batu seperti dulu, memang berat. Bahkan untuk menikah pun aku ragu. Kuatir istriku tidak menerima Mak sepenuh hati. Lalu dengan siapa Mak bergantung? Adek perempuan dua orang juga di perantauan. Hidup mereka cukup untuk mereka sekeluarga. Yang diharapkan kakak laki laki dan adek laki laki yang mapan, tapi begitu pula adanya.
Sore ini Mak menatap lagi rumahnya yang baru dipasang genteng. Pintu dan jendela belum ada, dinding juga belum diplester. Lantai jangan ditanya, namun senyum Mak makin merekah. Aku mengharu biru menyaksikan nya. Sungguh aku kuatir, usia Mak yang sudah mendekati 80 tahun, kalau kalau Mak tidak sempat menikmati hangatnya rumah batu yang diimpikan. Tiba tiba Mak memanggilku.
" Yuang, coba lihat hape Mak ini. Ada yang SMS" kubuka hape jadul Mak. SMS dari Uni Rika yang tinggal di Papua.
" One, tolong kirim nomor rekening, ambo bernazar menyelesaikan pembangunan rumah One" sengaja aku membaca bersuara SMS dari Uni. Mak sejenak terdiam tak percaya. Lalu Mak menangis,
" Kenapa bukan kakak atau adikmu yang kaya itu bernazar pada Mak?", tangis Mak pecah. Dadanya turun naik menahan Isak dan sedu. Aku tak bisa bicara, kalau bukan laki laki, tentu aku ikut meraung seperti Mak
4 Juli 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pentigrafnya ibu.. Salam
Terimakasih Bun, udah mampir
Semoga Mak bisa menikmati rumah yg baru dibangun secepatnya.
Aamiin, terimakasih Mbak
Semangat ya Bun....
Terimakasih Mbak
terharu...semoga kakak dan adik segera insyaf...
Aamiin Bun, sering terjadi yg lalai pada Mak
Sedih...haru...Keren ibu...
Terimakasih Mbak
Keren Bunda, Haru biru. mungkin jumlah paragrafnya bisa direvisi. Salam sukses.
Terimakasih Bun, iya salah teknik penulisan nya
Pentigraf itu 3 paragaraf Bunda ..salam kenal
Betul Bun, salah penulisan. Terimakasih