Ada Apa di Jakarta
Memberanikan diri ke Ibu Kota Jakarta dengan Niat Silaturahmi ke sebuah keluarga yang saya juga baru mengenalnya pada tahun 2008 ini, keluarga yang berada di pedalaman gang yang hanya dapat di lewati oleh satu motor dan ramainya pejalan kaki,kanan kiri sepanjang jalan adalah tembok tembok rumah yang beraneka macam,ada yang tingkat 2 ,tingkat 3, dan bahkan tingkat 4 .
Pertma kali datang ke sebuah rumah yang berlantai 2 saya di sambut sangat sangat oleh seorang ibu dan anak anak perempuannya yang kebetulan umurnya dibawah saya semua,ada yang SMA,SMP,dan SD.
singkat cerita bahwa saya pun harus mencari kegiatan setelah lulus sekolah ini akhirnya di berikan solusi sama ibu agar hijrahlah kejakarta ,rumah ini terbuka sambil menunggu peluang kerja.support dari adik adik dan seorang bapak darike 4 anak tersebut juga menyetujuinya untuk saya tinggal dirumah nya.
Ayah adalah panggilan kesayangan bapak tersebut, Ibu pun panggilan kesayangan anak anak kepada seorang Ibu yang berumur masih 50 tahunan. saya merasa bahagia sekali dengan kehadirannya saya seperti saya memiliki kekuatan baru,kelurga baru,dan wawasan baru di jakarta.
esoknya saya kembali lagi dengan membawa beberapa helai baju,dengan hanya bermodalkan sebuah handphone kesayangan yang terbilang masih mahal sewaktu SMA walaupun di bandingkan teman teman yang lain nya yang lebih keren, saat itu handphone pertama saya Nokia 3315 , lalu Sony Ericsoon T100, dan terakhir di SMA adalah Nokia 3200 yg penting sudah bisa kamera,hehe bangganya luar biasa .
Dengan keyakinan niat hati akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi ketergantungan dengan kedua orangtua saya yang memang masih ada cemburunya ketika saya memilih berada di salah satu orang tua saya, maka dari itu kemandirian dengan tekad yang sangat kuat demi mendapatkan sebuah pekerjaan akhirnya Allah memberikan jalan tuk saya memiliki keluarga baru yang sangat hangat.
saya bahagia karena saya selalu ori hati dengan kebahagiaan teman tan saya yang memiliki orangtua rukun,masih bersatu,dan selalu support.
Tidak menyalahkan takdir,saya pun harus ikhlas dalam menerima nasib yang telah saya miliki,yang terpenting Do'a yang tulus tak akan pernah luntur untuk kedua orang tua saya.
Tati Farida
Part IV
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Setiap babak yang kita jalani pasti sudah diaturnya. Semangat sehat dan sukses Bunda Tati..perjalanan hidup yang luar biasa... Barakallah
Menjalani skenario Allah memang perlu kekuatan iman dan sabar serta semangat dalam diri. Sukses selalu dan barakallahu fiik