Tasrif (#tagur 365 H. 171)

Dalam waktu yang tak pasti, perubahan yang terjadi terus menjadi-jadi. Tak tampak akan rasa yang membawa naluri. Hilang segala harapan yang dinanti dalam sekejab tak membawa arti.

Itulah gambaran si bujang jauh, yang tak memiliki pandangan, dengan mudah bisa diarak-arak sesuai dengan keadaan yang memanjang. Bujang, nama sebenarnya. Masih muda, energik, punya pandangan jauh ke depan. Memiliki kemaun yang tinggi untuk merubah segala harapan yang terjadi. Cita-cita yang diraih tentu merubah diri dimulai dari dirinya sendiri. Selagi masih ada kesempatan, selagi masih ada kemauan yang ada tetap dijalani dengan penuh resiko dan tanggung jawab yang ada.

Mati segan hidup tak mau. Semuanya akan merasakan kematian. Namun, bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Bujang, semasa muda, tak mau diatur dan tak mau didikte. Sekali pantang menyerah, tetap memberikan semangat yang terus menerus tanpa ada paksaan sama sekali.

Setiap yang bernyawa seperti manusia akan merasakan dengan kematian. Manusia tidak dapat menghindar atau lari dari kematian. Kemana atau dimanapun berada, kematian akan menjemputnya.

Sebagai makhluk yang dimuliakan, kematian manusia tidak sama dengan binatang yang dibuang dan diabaikan begitu saja. Jenazah atau mayit manusia harus dimandikan, dikafankan, dishalatkan dan dikuburkan. Untuk melakukannya ini dibutuhkan orang yang memiliki kemauan, kemampuan dan pengalaman. Untuk itu pengetahuan, wawasan dan ketrampilan mengurusi jenazah merupakan pekerjaan yang harus dikuasai.

Ketika ajal sudah menjemput tak bisa ditunggu lagi. Tak ada yang merubah barang sedikitpun. Taka da yang dibanggakan, hanya amal sholeh yang dapat membawa jalan kepada tempat yang mulia….

(180123)