Oleh: Tantrileo

#Tagur ke-132 (365)

Kopi pahit yang tidak selamanya memberi kesan pahit. Nyatanya, kopi itu mampu menyembuhkan luka yang berkarat sekian warsa. Kopi pahit itu dibuat oleh pemiliknya yang begitu dingin dan acuh tetapi memesona. Wajah yang sama dengan pria di masa lalu tetapi dengan kepribadian yang berbeda.

Sikap acuhnya justru membangkitkan debaran di dada. Pram, lelaki yang baru kukenal beberapa minggu saja telah menumbuhkan bunga-bunga asmara di hati ini. Saat berbincang dengannya, jiwa ini teduh. Tak berpeluh dalam ribuan waktu. Aku pun disibukkan dengan proses meracik berbagai jenis robusta yang tersedia di kedai kopi miliknya. Benih-benih rasa itu pun semakin mengguncang raga ini. Sejak itu seakan menjadi wanita yang paling beruntung di bentala. Senyuman itu hanya menjadi milikku. Suara berat dan parau itu terdengar merdu di telinga.

Dirimu telah menorehkan pelangi di hariku. Setiap detik yang bergulir menyiratkan kisah yang megah. Aku kembali jatuh cinta pada pria yang baru kukenal beberapa minggu saja. Kuserahkan hidup ini hanya untukmu seorang. Kopi pahit itu menjadi saksi dari cerita ini, hingga waktu itu tiba, kau hari peresmian hubungan kita. Kusiapkan semuanya, mulai dari gaun anggun, undangan estetik, menu hidangan yang menarik. Hari kebahagiaan kita berwujud penuh keharuan, aku dan kamu disatukan dalam dunia yang berbeda. Hari kita diresmikan tepat di atas gundukan tanah itu. Meski terpisahkan dalam dimensi yang berbeda, tetapi hati ini seakan ikut terbawa pergi bersamamu, Pram.