Dwi Kustanti, S.Pd

Bismillah... Semoga dengan menulis, bisa memberi manfaat kepada yang lain....

Selengkapnya
Navigasi Web
Nasi Kuning Nenek Ria (9)

Nasi Kuning Nenek Ria (9)

Dini hari Nenek Ria terbangun dalam kondisi lebih baik. Seperti biasa setelah menunaikan Sholat Tahajud, Nenek Ria bertakbir sambil memasak. Entahlah…apa yang ada dalam benaknya, bahan apa aja yang ada di dalam kulkas dia keluarkan. Tangannya yang masih terampil mengolah semua bahan itu menjadi berbagai makanan. Setelah Sholat Subuh beraneka makanan tersaji di meja. Nenek Ria tersenyum puas melihat mejanya sudah penuh dengan makanan. Nenek Ria memasak hampir semua makanan kesukaan anak cucunya. Ada yang suka bakso, nenek memasak bakso. Ada yang suka soto nenek juga memasak soto. Ada yang suka rujak, nenek juga berusaha menyediakan bahan-bahan untuk membuat rujak itu sendiri. Tidak ketinggalan menu utama tiap lebaran yaitu nasi kuning lengkap dengan lauk perlengkapannya. Ada yang suka nasi campur, nenek juga memasak nasi campur. Ada pula berbagai minuman kesukaan anak cucunya, ada es buah, es dawet, es sinom, es campur, es sirup. Belum lagi roti-roti kering beraneka ragam kesukaan cucunya tersaji lengkap di meja.

Lebaran yang sepi. Setelah melaksanakan Sholat Sunah Idhul Fitri, Nenek Ria langsung menuju ke meja makannya. Dia memandangi aneka makanan itu sambal membayangkan wajah anak cucunya satu persatu sambal tersenyum. Menit demi menit dia hanya terpaku di depan meja. Nenek Ria masih menunggu, menunggu dan menunggu. Sambal sesekali melihat keluar, kalau-kalau ada anak cucunya yang datang. Terbayang betapa ramainya rumahnya jika semua anak cucunya berkumpul. Keempat anaknya yang berkeluarga masing – masing ada yang berputra dua, tiga bahkan ada yang empat. Kalau berkumpul semua totalnya dua puluh orang. Wajar nenek memasak banyak sekali. Tetapi…sepi dan sepi…senyap. Nenek Ria terduduk lemas di kursi malasnya di ruang depan. Hatinya sudah tidak kuat menahan kerinduan itu, matanya memerah semakin lama semakin panas. Dan butiran bening itu tidak tertahan mengalir dengan sendirinya. Nenek Ria tidak sesenggukan seperti tadi malam, namun badannya mulai berkeringat dingin, nafasnya mulai sesak dan terlihat dadanya naik turun makin kencang. Tarikan nafasnya makin berat hingga ia akhirnya harus membuka mulutnya untuk menghirup udara. Mbak Siti yang datang ingin mengucapkan selamat lebaran melihat kondisi Nenek Ria yang seperti itu langsung kaget dan berusaha segera memberi bantuan. Tapi apa yang bisa dia lakukan, dia pun bingung harus bagaimana. Akhirnya ia teriak minta tolong.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post