Syamsul Bahri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sepenuh Perhatian Cinta

Mengelola rumah tangga itu gampang-gampang susah. Kadang gampang jika tahu kiatnya, kadang juga susah jika bingung solusinya. Apapun suasananya yang penting happy, santuy ,dan istiqamah. Jalani, nikmati, dan syukuri, insyaa Allah semua terasa indah.

Menurut pakar keluarga sakinah, setiap rumah tangga umumnya melalui empat fase: fase madu, fase repot, fase kritis dan fase stabil.

Fase madu semua tahu yaitu masa pengantin baru, masa honeymoon, masa indah, semuanya ceria bahagia, malam terasa singkat, dan siang terasa lama. Setiap kata, kalimat, senyuman, dan perilaku yang ditampilkan indah semua. Bagai di taman seribu bunga.

Tidak beberapa bulan siap itu, minimal 10 bulan. Tatkala anak mulai lahir, beranjak batita, balita. Mulai memasuki fase repot. Suami istri mulai repot. Istri dalam hal ini yang paling repot. Apalagi tidak memiliki asisten rumah tangga, jauh dari kerabat, atau tidak ada sahabat dekat yang bisa dimintai tolong, walau sebentar.

Pada fase repot ini idealnya suami harus banyak membantu, memberikan pertolongan, dan perhatian sepenuh cinta. Penyebab dan latar belakang kerepotan bersumber dari pasutri berdua, maka memenejnya harus berdua. Idealnya begitu.

Seorang suami harus paham kerepotan ini pada fase ini. Istri mengalami kelelahan fisik luar biasa. Sebab mengurus balita plus pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Menggendong-gendong bayi seberat tiga kg hingga batita seberat lima belas kg dalam berkali-kali kesempatan, luar biasa melelahkan.

Ya iyalah, istri melayani suami dan anak-anak semenjak bangun tidur sampai tidur kembali. Semenjak mata melek hingga mata terpejam. Membantu anak-anak mandi, berpakaian, makan, minum, mengganti popok, menina-bobokkan, menenangkan dari tangisan, membuatnya nyaman dan seterusnya, sungguh menguras tenaga. Belum lagi masih harus tetap mencuci, menjemur, menyapu, dan merapikan rumah.

Biasanya istri yang cerdas dan cekatan bisa mendaftar pekerjaan yang bisa didelegasikan. Misalnya memasak, menyetrika, membeli makanan jadi, dan membawa kain kotor ke laundry. Kemudian melist pekerjaan yang tidak bisa didelegasikan seperti mengurus balita dan melayani suami. (Jika didelegasikan jadi berapa be alies berabe).

Kondisi yang amat repot ini bagi wanita shalihah adalah kenikmatan tersendiri, dan itu bentuk jihad yang pahalanya sama dengan lelaki berjuang ke Medan perang. Ia sadar pahalanya luar biasa. Paham betul itu adalah konsekuensi menjadi ibu dan istri. Prediket yang sangat didambakannya. Namun kadang ia bukan makhluk yang terbuat dari besi dan baja. Kadang juga didera lelah, dan letih namun tidak lantas membuat dia mengeluh. Apalagi update status "jika tahu begini repotnya menikah, takkan kumulai dari semula." atau "Oala Mak Jang, repoooooot" silahkan like, comment, and share ya.!.

Seorang suami yang penuh perhatian akan paham bahwa pada masa repot, sang istri berada dalam keadaan:

1. Lelah secara fisik, karena mengurus anak-anak usia balita membutuhkan perhatian penuh. Baik kehadiran fisik, kontak mata maupun kontak batin.

2. Jam tidur yang berantakan. Malam kadang harus begadang, siang belum tentu bisa tidur. Jika sempat tidur barang sejenak, sudah harus terbangun mengurus kembali anak-anak dan merapikan pekerjaan rumah.

3. Telat mandi dan makan. Boro-boro sempat berdandan. Anak balita benar-benar hanya bisa ditinggal saat tidur. Meleng sedikit saja mereka akan merengek minta perhatian. Baru masuk kamar mandi, pintu sudah digedor dan tangisan pun melengking. Baru satu suap makan, anak tiba-tiba buang air besar.

4. Gairah seksual menurun drastis. Boro-boro sempat memikirkan indahnya malam-malam berdua suami seperti saat pengantin baru. Bisa merem sejenak meluruskan punggung saja suatu kenikmatan luar biasa. Maklumi jika istri menjadi kurang minat melayani kebutuhan seksual suami. Bukannya istri senang, sebenarnya ia pun tertekan jiwanya karena merasa bersalah terhadap suami. Ia pun merindukan saat-saat intim berdua.

5. Istri merasa stres karena waktunya benar-benar terforsir untuk urusan anak dan rumah. Tak sempat menikmati waktu me time seperti belanja, jalan-jalan atau berdua suami seperti dulu.

Ada lima keadaan dan kondisi istri yang harus dipahami suami pada fase repot ini. Berikut ini yang bisa dilakukan para suami untuk membantu mengurangi stres istri:

1. Lakukan hal-hal kecil yang membantu meringankan bebannya. Seperti meletakkan barang-barang pada tempatnya. Melayani diri sendiri untuk sementara, saat istri begitu sibuk melayani anak-anak.

2. Jika sempat, bantu mengurus cucian di malam hari sebelum tidur. Jika ada mesin cuci, ini sangat mudah dilakukan.

3. Sebelum berangkat kerja, tawarkan bantuan, apakah istri perlu dibelikan sarapan. Atau, pegang anak saat istri memasak di dapur.

4. Jika lokasi kerja di dalam kota dan makan siang bisa pulang, makan sianglah bersama istri di rumah. Bawakan lauk matang. Terkadang istri belum sempat menyentuh makanan sejak pagi saking repotnya. Misal saat istri sedang menyusui.

5. Sebelum pulang kerja, telepon istri, tanyakan, barangkali istri menitip makanan. Atau istri butuh beli perlengkapan yang habis, seperti popok sekali pakai, tisu basah, telur, minyak goreng dan beras.

6. Sampai di rumah, temui istri dan segera beri pelukan. Tanyakan bagaimana keadaan anak-anak hari itu.

7. Berikan empati pada istri saat ia bercerita apa saja, bahkan jika kemarahannya mencuat. Jadilah pendengar yang baik.

8. Jangan mengomentari rumah yang berantakan. Jika tidak bisa membantu merapikan, lebih baik diam. Itu sudah sangat menjaga perasaan istri.

9. Sempatkanlah "memegang" anak barang sebentar, agar istri dapat mengurus dirinya. Baik menyiapkan makan malam, menyiapkan kamar tidur atau menuntaskan pekerjaan yang tertunda.

10. Sebelum tidur, pijitlah sebentar kaki atau punggung istri. Sentuhan ini cukup menjadi relaksasi baginya.

11. Jika ingin meminta nafkah batin, mintalah dengan lembut dan beri kesempatan istri agar dalam kondisi siap. Jangan merasa diabaikan istri, karena memang gairahnya sedang turun drastis. Bantulah istri bangkit dengan memberinya rangsangan yang ia suka.

12. Jangan sekali-kali berpaling melampiaskan nafsu dengan mengakses konten porno, karena istri akan merasa sangat bersalah dan semakin terpuruk kehilangan gairah.

13. Jangan berpaling dengan menjalin hubungan dengan wanita lain sebagai bentuk pelampiasan nafsu, baik chat mesra maupun kontak fisik. Ini jelas akan sangat melukai hati istri yang merasa tak lagi dicintai, bahkan dikhianati di saat jiwanya sedang terpuruk.

14. Jangan terus menerus mengancam istri akan menikah lagi. Sungguh, istri sangat ingin melayani Anda penuh cinta seperti dulu. Ini justru yang harus Anda bantu, agar gairahnya tidak lenyap sama sekali.

15. Sabarlah dan berjuanglah berdua bersama istri melewati masa repot dengan saling memberi dukungan. Sadarlah, fase ini adalah fase lelahnya berdua, bukan satu pihak saja. Sering-sering berkomunikasi menanyakan perasaannya.

Mungkin lima belas poin di atas kelihatan sepele bagi suami, atau bagi siapapun lelaki. Namun hal tersebut sangat luar biasa bagi seorang istri yang sedang menjalani masa repot. Ringankanlah beban perasaan istri dengan perhatian sepenuh cinta. Berbuat makruf terhadap istri adalah indikator kesempurnaan iman. Bukankah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Salam Wasallam Suami yang paling baik dalam memperlakukan istri?

Sungayang, 13 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post