Syamsul Arifin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA BERSEMI KEMBALI (Bagian 2)

CINTA BERSEMI KEMBALI (Bagian 2)

Jarum jam dinding di kamar Fikry masih menunjukkan pukul tujuh malam. Fikry tampak berbaring di tempat tidurnya. Sebuah foto berukuran kartu pos terpajang di pintu lemarinya. Di samping lemari sebuah poster Nike Ardilla berukuran besar turut menghiasi kamarnya. Mungkin penyanyi itu adalah idolanya atau karena parasnya yang cantik sehingga gambar itu dipajang di kamarnya. Tetapi semenjak foto kecil di lemari itu terpajang, foto penyanyi Nike Ardilla yang berukuran besar itu menjadi tidak kelihatan. Ya, bagi Fikry kecantikan Nurita memang telah mengalahkan artis sekelas Nike Ardilla.

Ada perasaan rindu ingin berjumpa Nurita. Ingin rasanya mendengar celotehan manjanya. Melihat rambut panjang kepang duanya yang selalu bergoyang-goyang ketika tertawa. Namun, selalu ada perasaan ragu menghinggapi batinnya. Apakah aku akan diterima oleh keluarganya? Pertanyaan inilah yang selalu menggelayuti otaknya. Sementara ruang kosong pikirannya selalu dipenuhi wajah ayu Nurita yang manja.

Fikry beringsut ke tepi tempat tidurnya. Tangannya tampak mencari handphone yang diletakkan disamping bantalnya. Diraihnya HP tersebut sambil bergeser mencoba duduk di tepi tempat tidurnya. Fikry mencoba memencet HPnya, tetapi diurungkan. Keraguan itu masih menghantui dirinya.

“Kalau aku tidak menelponnya malam ini, maka aku akan semakin tersiksa” gumamnya dalam hati. Dengan sedikit keberanian yang dipaksakan Fikry kembali memencet keyboard handphonenya. Angka tiga satu. Ya, angka terakhir nomor handphone Nurita yang selalu tersimpan di memori otak Fikry.

Selesai memencet angka keramat itu, Fikry segera menempelkan handphone di telinganya. Lama menunggunya tetapi tidak segera diangkat. Diulanginya sekali lagi, sampai terdengar suara di ujung telepon.

“Halo ….” terdengar suara merdu menyahut di ujung sana.

“Nurita?” Fikry mencoba meyakinkan kalau dia tidak salah pencet nomor.

“Ya, ada apa Fik meneleponku?”

Ng … ngak kok. Aku hanya pengin dengar suara kamu.”

“Ah … ngaco kamu. Tadi di sekolah kan sudah ketemu.”

“Tapi aku pengin dengarnya sekarang” lanjut Fikry mencoba menggoda Nurita.

“Ah … kamu. Udah ya aku tutup teleponnya.”

“Nur … tunggu dulu! Nur, kamu besok ada acara, gak?”

Emang kenapa, Fik?” Nurita balik bertanya.

“Kalau kamu gak ada acara, aku pengin ngajak kamu keluar.”

Nurita belum menjawab. Hanya desah napasnya yang terdengar di ujung telepon. Fikry menunggu jawaban Nurita dengan sabar dan perasaan dag dig dug jangan-jangan Nurita menolak ajakannya.

“Nur, kamu dengar saya?” tanya Fikry kembali.

“Ya … ya. Oke … saya setuju” jawab Nurita sambil tersenyum. Jawaban yang memang sangat ditunggu-tunggu Fikry. Rupanya Nurita tidak segera menjawab karena ingin menggoda Fikry yang tidak sabar untuk mendapat jawaban Nurita.

“Nanti saya jemput kamu pukul delapan, ya” lanjut Fikry.

“Ya.”

Akhirnya lega juga hati Fikry mendengar jawaban Nurita yang menyetujui ajakannya. Terlebih lagi dia bisa mendengar suara merdu Nurita sebagai pengobat rindunya.

Malam semakin larut. Rasa dingin sudah mulai terasa menusuk hingga tulang belulang. Cahaya rembulan yang menyelinap di balik jendela tampak semakin jelas. Jarum jam di atas pintu kamar Fikry sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam, namun mata Fikry masih belum bisa terpejam. Dia masih memikirkan bagaimana caranya untuk mengutarakan isi hatinya kepada Nurita. Apakah Nurita akan menerima cintanya? Bagaimana pula dengan bapak dan ibunya apakah mereka akan menerima Fikry sebagai teman dekat Nurita. Beribu-ribu pertanyaan bermunculan silih-berganti di benaknya. Sampai akhirnya Fikry kelelahan dan akhirnya tertidur. (SaRi)

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen kisahnya. Semoga gayung bersambut.. Fikry dan Nurita akhitnya jadian.. huhu.. Pengennya para pembaca sih seperti itu.. Lanjuuut. Sukses selalu

31 Oct
Balas

Terima kasih Bapak Burhani

31 Oct

Ih, masa ada anak zaman now masih pasang poster Nike Ardila. Idola penulis nih

31 Oct
Balas

Hehe makasih ibu

31 Oct

Keren kisahnya pak....sehat dan sukses selalu

01 Nov
Balas

Terima kasih ibu

01 Nov

Apakah cinta Fiki akan diterima? Salam literasi semoga sehat dan sukses selalu buat Bapak Syamsul Arifin

31 Oct
Balas

Terima kasih Pak Bambang sehat dan sukses kembali untuk Bapak

31 Oct

Kisah nyata nih.. salam literasi pak..

31 Oct
Balas

Faksi ... salam literasi kembali ibu

01 Nov

Kisahnya bagus pak semoga fikri bisa menyampaikan hasrat di hatinya ya pak kasihan dia sampai gak bisa tidur

31 Oct
Balas

Hehe iya bu ...Makasih kunjungannya

31 Oct

Wah.., bersemi cinta Fikry dan Nurita nih Bucan. Salam sehat dan bahagia selalu.

31 Oct
Balas

Teima kasih ... Salam sehat dan bahagia kembali untuk Ibu

31 Oct

Cerpen yang indah salam literasi. Sukses selalu sahabat Mari SKSS

01 Nov
Balas

Terima kasih ... sukses juga untuk Bapak Sultan

01 Nov

Asyik Pak kisahnya. Beranikah Fikri mengutarakan sintanya. Hehehe. Salm sehat dan sukses

31 Oct
Balas

Terima kasih ibu

31 Oct

Ending yang luar biasa. Bikin penasaran.

31 Oct
Balas

Trims Pak Sudiwanto

31 Oct

Trims Pak Sudiwanto

31 Oct
Balas



search

New Post