Salah Kostum
Oleh: Syaiful Rizal
Sabtu 4 Desember 2021 saya dapat undangan dari Bunda Nanik Rizain, salah seorang sahabat alumni SMA. Beliau mengundang teman-teman alumni dan beberapa kerabatnya untuk tasyakkuran atas selesainya pembangunan rumahnya. Beliau membangun rumah dengan membranding rumah adat Madura. Tertulis di undangan bahwa 'dress code' yang dipakai baju warna putih. Mendapat undangan via WA itu saya langsung mengosongkan jadwal pukul 13.00 di hari itu.
Sekuat apapun rencana kita susun, sehebat apapun skenario kita buat namun semuanya takkan lepas dari ketetapan Allah. Hari itu mulanya hanya ada tiga jadwal yaitu pukul 08.00 menghadiri undangan manten putri Mas Yudi teman sekelas saat di SMA, pukul 10.00 melepas dua teman sejawat yang purna tugas di sekolah dan undangan pukul 13.00 di rumah Bunda Nanik.
Tetiba malam Sabtu saya dihubungi seorang teman yang minta tolong untuk didampingi dalam urusannya pukul 07.30 keesokan harinya. Mengingat gentingnya acara saya harus mendahulukan ini. "Toh saya bisa saja datang agak telat untuk memberi restu pernikahan putri mas Yudi. Gentingnya permasalahan ini, memang harus didahulukan. Tidak apa-apalah, sekali ini saya harus betul-betul meringankan masalah teman ini," pikir saya.
Perubahan skenario yang tiba-tiba ini membuat saya harus betul-betul cermat mengatur waktu. Pukul 07.30 saya sudah bersama teman yang sedang bermasalah dengan seseorang. Memecahkan masalah pelik seperti yang terjadi pada kawan saya ini, yang dikedepankan haruslah mencari solusi bukan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Ego sektoral harus dibuang jauh agar masalah tidak bertambah rumit. Ini adalah kata kunci utama.
وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (QS Ali 'Imron 159).
Dengan bersandar pada ayat di atas, akhirnya masalah bisa diselesaikan tepat pukul 08.30. Berikutnya saya tinggal melanjutkan agenda yang tersisa.
Agenda dadakan yang terjadi sejatinya itu yang menguras energi dan pikiran. Akibatnya saat undangan tasyakkuran di rumah bunda Nanik, saya lupa dress code yang harus dipakai. Hee. Bisa ditebak, akhirnya sayalah diantara sekian undangan yang tidak memakai baju putih. Dengan perasaan tak berdosa saya memasuki tempat undangan dengan berbusana batik madura. Betapa malunya ketika seluruh undangan yang hadir semuanya memakai baju berwarna putih.
Saat teman saya bertanya, kenapa saya tidak memakai baju putih. Secara berseloroh saya menjawabnya dengan tersenyum "Eh, saya ini Pak Kyai. Ada pengecualian tentu saja."
Huahahahaha. Pedenya si saya, ya?
Dengan segala rasa bersalah setelah acara selesai saya sudah siap untuk tidak diajak foto bersama. Eh malah saya jadi orang paling narsis dan selalu terfoto. Ah, nasib saya lagi mujur ya.
Btw, selamat untuk Bunda Nanik atas hunian barunya. Semoga semuanya penuh berkah dan membawa bunda sekeluarga menuju ridho Allah SWT.
#Tlagah, Pegantenan Pamekasan Madura.









Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow luar biasa
Betul itu alasannya. Beda itu luar biasa hehe.... Ulasan yang menginspirasi, Pak
Tetap semangat Gus. Ulasan yang menginspirasi. Luar biasa
Tulisan Pak Kyai menyejukkan hati. Salam literasi.
Yang penting kehadirannmas bukan dres codenya ya ..tetap memberikan makna yang hebat
Ulasan yang penuh inspirasi, Bi. Mantap. Salam sehat Abi.
Hahaha...Abiii...abi. ky oma tu...ngeles aja. Sht sllu Abi sklga. Aminn...
Hehe... saltum biar kalau foto tampak beda gitu loh .... hehe. Gak masalah. Masih tampak cakep kok, Ustadz. Salam sukses selalu.
Tulisannya penuh keharmonisan sangat menginspirasi. Semoga silarurahmi tetap terjaga. Salam sehat dan literasi Pak.
Alhamdulillah. Semoga Pak Ustadz H. Syaiful Rizal selalu diberi kesehatan oleh Allah swt. Setiap hari jadwal kegiatan padat. Malah ada yang mendadak. Semuanya bisa dikerjakan dengan baik. Barokallah