Kau Berjanji, Kau Yang Mengingkari
Syai_Riz
4 Ramadhan 1446 H
Tsa'labah bin Hathib adalah sahabat Rasulullah yang hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, keadaannya tak menyurutkan langkah-langkahnya untuk datang salat berjamaah bersama Rasulullah. Beberapa kali setelah salat, Rasulullah tak menjumpainya untuk berzikir dan berdoa. Rasul pun menegurnya dalam kesempatan berbeda. "Mengapa meninggalkan zikir dan berdoa setelah salat, sehingga seolah seperti orang munafik?" Tanya Rasulullah.
"Kami hanya punya satu baju, dan setelah salat saya bergegas pulang agar istri saya bisa memakainya untuk melakukan salat. Doakan saya agar memiliki kekayaan, Ya Rasulullah," tutur Tsa'labah.
"Tsa'labah, maukah Engkau meniruku? Andai Aku mau, bukit-bukit itu bisa saya jadikan emas dan akan jadi milikku. Harta yang sedikit asal disyukuri jauh lebih berharga dibanding harta banyak yang tak disyukuri," Nasehat Rasulullah.
Tsa'labah tetap bergeming dengan pendiriannya. Baginya punya harta yang melimpah lebih mudah mengatur dibanding ia terus berada dalam kefakiran. "Saya akan bersedekah dan memenuhi hak-hak siapapun yang berhak. Doakan saya menjadi orang kaya, Ya Rasulullah."
Keinginan Tsa'labah yang sangat kuat itu, membuat Rssulullah mengangkat tangan dan berdoa, " Ya Allah, limpahkan rezeki Mu pada Tsa'labah."
Rasulullah memberi kambing pada Tsa'labah. Kambing pemberian Rasulullah beranak pinak. Tak berapa lama Tsa'labah telah menjadi orang kaya dengan jumlah kambing yang melimpah. Mulailah Tsa'labah keteteran mengurus kambingnya. Salat berjama'ah dengan Rasulullah pun sering ditinggalkan. Tak jarang, ia hanya ke masjid saat salat Jum'at.
Harta yang melimpah mulai menenggelamkan iman Tsa'labah. Saat Rasulullah mengutus sahabat untuk menarik zakat pun, Tsa'labah keberatan. Dengan nada berapi-api Tsa'labah berkata "Apa ini, kalian bilang ini zakat? Menurutku ini lebih tepat disebut upeti atau pajak. Sejak kapan Nabi menarik upeti? Aku bisa rugi! Kalian pulang saja, aku tak akan memberikan hartaku."
Ketika hal itu disampaikan, Rasulullah berkata "Sungguh celakalah Tsa'labah. Celakalah ia."
Tak selang berapa lama Allah menurunkan ayat yaitu QS At Taubah: 75-78.
{وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (75) فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (76) فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (77) أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلامُ الْغُيُوبِ (78) }
Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.” Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib?
Ayat yang turun ini, terdengar oleh Tsa'labah. "Celakalah Engkau Tsa'labah, Allah menurunkan ayat-ayatnya karena Engkau," Tukas sahabat yang berada disekitar Nabi saat ayat itu turun.
Tsa'labah pucat mendengarnya. Ia tertegun dan diam seribu bahasa. Ia baru menyadari setelah semuanya terlambat. Bergegas Tsa'labah menemui Rasulullah dan membawa zakat dari seluruh hartanya. Rasulullah tak nanyak bicara, beliau hanya memberi sepotong kalimat "Karena kedurhakaanmu, Allah melarangku untuk menerima zakatmu."
Hingga akhir hayatnya, Rasulullah tak pernah mau menerima zakat dari Tsa'labah. Demikian pula khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatthab dan Utsman bin Affan. Tsa'labah meninggal di masa khalifah Utsman bin Affan. Allah memberinya justifikasi bahwa ia orang yang munafik. Na'udzubillahi min dzalik.
#PojokanKampungMorlèkè
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yang patut menjadi pelajaran.