Syaiful Arifin

H.Syaiful Arifin d.S.Ag.M.Pd lahir Koto Baru Tanah Datar 10 Oktober 1971 Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kota Padang Panjang , m...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAJALAN PALIHAROLAH KAKI, BAKATO PALIHAROLAH LIDAH

BAJALAN PALIHAROLAH KAKI, BAKATO PALIHAROLAH LIDAH

                             “.BAJALAN PALIHAROLAH KAKI, BAKATO PALIHAROLAH LIDAH”.                                               (PEPATAH MINANG BERSENDI SYARAK)

TANTANGAN MENULIS HARI KE – 54( Serial Adat Seri TIGA DUA)

                             SYAIFULARIFINGURUSIANA.ID.KPPL KOTA PADANG PANJANG

 BAJALAN PALIHAROLAH KAKI, BAKATO PALIHAROLAH LIDAH.Artinya: Hati-hatilah dalam berjalan begitu juga dalam berkata, sehingga tidak menyakiti orang lain( Idrus Hakimy Dt.Rajo Pangulu ). Manusia tidak pernah terjatuh dengan batu besar, tetapi yang lazim orang terjatuh karena batu kecil. Hampir mustahil orang tersungkur kedalam jurang besar dan acapkali orang terperosok kedalam lubang kecil. Memang  kaki punya mata , tetapi matanya tidak bisa melihat secara zahir. Mata kaki bisa merasakan dan melihat dengan mata batin. Akan tetapi  terkadang mata batin itupun buta karena tertutup oleh dosa dan kesalahan manusia.

Pernah suatu ketika pada saat kanak-kanak dahulu di bulan ramadhan penulis pergi merintang-rintang puasa ( mengisi waktu bulan Ramadan) dengan teman sebaya. Kami bersama bersepakat menjalani kampung kami di Pandai Sikek. Waktu itu tahun 80-an , penulis mengajak kawan-kawan pergi ke rumah bako penulis di Pinang Koto Tinggi.

Perjalanan ke Pinang harus melewati jalan Surau Bancah,  Batu Nyariang, Lurah baru sampai di Pinang. Di sepanjang jalan Batu Nyarian Kami menemukan banyak Biji tanaman Bungo Rayo berguguran ke jalan . Melihat itu timbullah ide penulis untuk mengasah kemampuan kaki untuk menyingkarkan biji bungo rayo itu dari jalan setapak yang kami lalui. Kawan-kawan kata penulis ayo kita berpacu menendang biji bungo rayo itu siapa yang terbanyak menendang nanti dapat hadiah kata penulis. Si buyung bertanya apa hadiahnya, penulis menjaab siapa yang terbanyak nanti dapat jambu biji yang paling besar. Asyiik….asyik kata kawan kawan penulis, karena penulis dapat pesan dari Nenek Muya yang tinggal di Pinang bahwa jambu bijinya sedang banyak buahnya. Akhirnya kami berpacu mengejar untuk menyepak biji bunga rayo yang berguguran. Setelah lebih 150 meter kami berlari Nampak dikejauhan sebuah onggokan yang ditutup oleh biji bungo rayo, tanpa piker panjang aku berseru kepada teman teman ayo siapa yang cepat menyepa gundukan itu. Kami berempat berpacu dan hampir serempak sampai dan menyepak gundukan biji bungo rayo.  Setelah menyepak gundukan itu kami terkejut dan semuanya tergilincir ternyata yang kami sepak “ tahi kerbau “ yang ditutup dengan biji bungo rayo.

Kami saling tertawa, saling mengolok-olok karena baju kami terkena tahi kerbau itu. Akhirnya kami berlari menuju rumah bako , sesampai di depan surau Lurah kami melompat ke kolam untuk membersihkan diri. Setelah mandi dengan pakaian yang basah kuyup kami sampai di Pinang . Assalamualaikum Nenek kata kami berempat mengucapkan salam , waalaikum salam jawab Nenek.  Nenek Muya terkejut melihat kami basah kuyup, lalu nenek bertanya dimana hari hujan  kenapa baju kalian basah? Akhirnya kuceritakan kepada nenek apa yang baru saja kami alami, he,,hee.hee nenek tertawa geli.

Mendengar peristiwa yang kami alami Nenek mengajak kami duduk dekat tungku, yang apinya hidup karena nenek sedang  mengeringkan daun kopi untuk dijadikan kawa( semacam the yang dibuat dari daun kopi yang dikeringkan ). Begini cucu nenek kata nenek memulai pembicaraanya. Kaki ini Allah jadikan  bagi kita untuk berjalan, gunanya untuk mengunjungi tempat yang baik-baik. Kaki ini kalian pakai untuk pergi mengaji ke Surau, ke Masjid, Ke sekolah jangan meskipun kaki kalian ini Allah kuatkan jangan sembarangan kalian gunakan. Coba kalian pikir seandainya ada pecahan kaca ditaroh orang dalam bola tahi kerbau yang yang kalian sepak pasti kaki kalian telah  terluka. Kalau kita gunakan kaki itu sembarangan itu namanya kita sombong. Allah sangat marah kepada orang yang berjalan dimuka bumi dengan Sombong , Allah berfirman “ Wala tamsii fiil Alardi Maraha “. Kemudian nenek juga berpesan kepada kalian terkadang kesombongan itu juga bisa muncul disaat kita berbicara kepada orang lain.Adalh sebuah kesombongan jika cucu berbicara dengan orang lain tapi memalingkan mata dari lawan bicara kita.

Penulis teringat nasehat nenek dahulu tentang prilaku manusia dizaman Milenium ketiga hari ini. Orang sudah terbiasa berbicara dengan orang lain karena masing-masing mereka asyik memegang gadget masing masing padahal Allah  Ta’ala telah berfirman dalam Surat Luqman ayat 18

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).

Ayat ini mengajarkan akhlak yang mulia yaitu bagaimana seorang muslim sebaiknya bersikap ketika berbicara, di manakah pandangan wajahnya. Dalam ayat ini diajarkan agar seorang muslim tidak bersikap sombong.  Dalam penjelaskan ayat ini Luqman  menasehati  anaknya.

 Memalingkan Wajah Ketika Berbicara

Dalam ayat mulia di atas disebutkan,

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ

“Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata mengenai ayat tersebut, “Janganlah bersikap sombong sehingga membuatmu meremehkan hamba Allah dan wajahmu malah berpaling ketika mereka mengajakmu bicara.” Demikian diriwayatkan oleh Al ‘Aufi dan ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas.

Zaid bin Aslam pun berkata yang serupa, “Janganlah bercakap-cakap dengan yang lain dalam keadaan wajahmu berpaling dari lawan bicaramu.” Demikian pula diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Zaid bin Al Ashom, Abul Jauzaa’, Sa’id bin Jubair, Adh Dhohak, Ibnu Yazid dan lainnya.

Ibrahim An Nakho’i berkata bahwa yang dimaksud adalah cara berbicara yang keras.

Syaikh As Sa’di menjelaskan, “Janganlah berpaling atau bermuka cemberut ketika bercakap-cakap dengan yang lain karena sombong dan angkuh.”

Ada pepatah Minang yang mengatakan kalau mau berbicara gulung lidah artinya kalau mau berbicara jangan  terlalu cepat berucap pikirkan dahulu apa yang akan diucapkan, jangan ucapkan dahulu baru dipikirkan

Berjalan dengan Sombong

Dalam lanjutan ayat disebutkan,

وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.” Maksud ayat ini adalah janganlah bersikap sombong dan angkuh. Janganlah melakukan hal tersebut karena dibenci oleh Allah. Oleh karenanya, Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Syaikh As Sa’di berkata mengenai ayat ini, “Yang dimaksud adalah jangan bersikap sombong yaitu begitu bangga dengan nikmat dan akhirnya lupa pada pemberi nikmat. Dan jangan pula merasa ujub terhadap diri sendiri.”

Wasiat Lukman ini mengajarkan kita beberapa akhlak mulia. Ketika berbicara dengan orang lain, hadapkanlah wajah kepada lawan bicara dan jangan bersikap sombong. Dalam bersikap jangan terlalu angkuh, sombong dan ujub. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang demikian.

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولً

Artinya “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Prof Qurais Syihah dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan tafsir Surat Al Israk ayat 37 ini:

Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong dan merasa paling besar. Karena sungguh meskipun kamu melakukan kesombongan itu, sekeras-kerasnya hentakan kakimu tetap tidak akan bisa menembus bumi. Demikian pula, kendatipun kamu tinggikan dirimu tanda kesombongan, ketinggianmu itu tetap tidak akan sampai menyejajari tingginya puncak gunung.( Qurais Shihab)

Kesombongam dan kecongkakan kita tidak ada artinya apa apa di hadapan Allah Swt, maka dari itu janganlah sekali-kali berjalan dimuka bumi ini dengan Sombong. Sungguh bijak petuah nenek  Moyang Minang  bisa melahirkan petuah-petuah yang kalau kita salami mengandung nilai-nilai syarak didalamnya.

           Pandai Sikek, 28 April 2020

               TANTANGAN MENULIS HARI KE – 54( Serial Adat Seri TIGA DUA)

SYAIFULARIFINGURUSIANA.ID.KPPL KOTA PADANG PANJANG

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post