Swesti Amelia

Swesti Amelia, anak ketiga dari empat bersaudara saat ini mengajar di SDN 15 Baringin, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Akhir Penantian
https://images.app.goo.gl/B1Fi8Yo5V26sabci6

Akhir Penantian

#TantanganGurusiana

Tantangan H-16

Akhir Penantian

Alkisah pada suatu masa hiduplah seorang pangeran yang sangat tampan . Ayahnya sang raja merasa khawatir karena pangeran adalah anak yang sangat pendiam.

Sering kali ketika ayahnya bertanya, ia hanya menjawab dengan anggukan dan gelengan saja. Jarang bahkan tak pernah ia menjawab pembicaraan ayahnya.

Ayahnya merasa bahwa anaknya tak akan bisa mendapatkan pasangan hidup karena pendiam. Padahal banyak putri cantik dari kerajaan yang bisa dijodohkan dengan anaknya.

Namun sang ayah tak putus asa.

***

Suatu hari sang ayah membawa pangeran ke luar istana. Pangeran akan diajak berkunjung ke istana tetangga untuk diperkenalkan dengan seorang putri yang cantik jelita.

Perjalanan berkuda mereka tempuh dalam waktu dua jam. Selama di perjalanan raja dan pasukan melewati perkampungan penduduk.

Dari salah satu rumah penduduk, tampak keluar seorang gadis cantik berambut pajang sebetis.

Karena ia tahu bahwa pasukan berkuda itu adalah pasukan kerajaan, sang gadis memberikan penghormatan. Dan tersenyum dengan dua lesung pipit di pipinya.

Pangeran sempat berhenti sejenak. Pangeran terpesona melihat senyuman si gadis desa itu.

***

Pukul dua tepat, pasukan raja telah sampai di kerajaan tetangga.

Kehadiran mereka yang telah dikabari sebelumnya disambut baik oleh tuan rumah.

Setelah bercerita sambil mencicipi hidangan yang ada, kedua raja mulai memperkenalkan putra dan putri mereka.

Dalam perkenalan, sang pangeran hanya menyebutkan nama tak lebih dari itu. Ia kembali diam.

Putri raja tetangga pun tak bicara apa-apa karena pangeran lebih banyak diam.

***

Sore menjelang senja raja dan pangeran telah sampai diistana. Setelah beristirahat, pangeran menemui ayahnya.

“Ayah, aku ingin mempersunting gadis desa yang sempat memberikan penghormatan kepada kita ayah, bukan anak putri raja yang ayah perkenalkan tadi.” Kata pangeran.

“Benarkah, anakku?

“Ayah senang kamu mau bicara pangeran ku.”

“Kalau begitu besok kita akan kesana, persiapkanlah dirimu,” ucap ayah dengan sedikit kaget karena anaknya telah ingin menikah.

**

Hari ini adalah hari istimewa. Sang pangeran resmi mempersunting gadis desa. Sejak saat itu gadis desa menjadi Putri istana dan tingal d istana.

Hari-hari yang dilaluinya tak ada kebahagiaan.

Ia terpisah dari ibunya yang tinggal sebatangkara di gubuk reotnya. Putri memohon pada sang raja namun suaminya menjanjikan bulan depan ibu akan diajak ke istana.

Hari, bulan dan tahun berganti. Putri tak mengetahui kabar ibunya. Ia terus berdoa agar suaminya mau mengizinkannya untuk melihat sang ibu, meski tak boleh tinggal bersamanya di istana.

Lagi - lagi Pangeran yang biasa pendiam tak mengizinkan, dan kali ini ia marah. Melihat kemarahannya yang memuncak sang putri ketakutan. Ia tidak boleh keluar istana tanpa seizin pangeran.

***

Suatu hari ketika pangeran tak bersamanya, diam-diam putri lari dari istana dan menemui ibunya.

Alangah terkejutnya putri melihat ibunya yang dulu sehat kini sakit dan hanya berbaring di tempat tidur. Wajah yang biasanya ceria kini jadi pucat karena tak terkena sinar matahari. Kaki dan tangannya yang kuat kini lemah tak berdaya. Tanpa ia sadari butiran air keluar dipelupuk matanya. Ia meminta maaf pada ibunya, karena telah meninggalkan ibunya sendirian.

“Maafkan aku ibu, karena akulah ibu menjadi seperti ini,” ucap putri sambil mencium tangan ibunya.

“Tidak anakku, jangan kau berkata demikan.”

“Kembalilah ke istana, berkumpulah kembali dengan suamimu,” kata ibu dengan suara lirihnya.

“Tidak, aku tidak akan kembali, aku disini saja. Aku ingin bersamamu, aku igin merawatmu, ibu,” isak Putri

***

Tiba-tiba datanglah pangeran dan pasukannya. Ia menjemput putri dan memaksa kembali ke istana.

Dengan isak tangis putri meninggalkan ibunya dan kembali ke istana. Namun perasaannya tetap tidak tenang. Ia terus terbayang ibunya yang sakit-sakitan dan hanya tinggal sendiri saja.

***

Sampai di istana sang putri menceritkan semua kegundahan hatinya. Ia bermohon kepada suaminya agar ibunya diizinkan tinggal d istana.

***

Akhirnya, keinginan sang putri dipenuhi sang pangeran suaminya. Mereka menjemput ibunda sang putri dan hidup bersama di istana.

Jumat, 14/02/2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post