Negeri yang Buta, Tuli, dan Bisu
#TantanganGurusiana#HariKe-101 (365 hari)
Kering sudah kata-kata itu menguap ditelan matahari
pun ranting-ranting pada huruf rapuh tak bertenaga,
tak berdaya, tak mampu mengukuhkan kedua kaki
hanya untuk sekadar berdiri menyanyikan duka
Lelah mata menatap kesilauan yang memejam mata
membuat buta dari kemayaan yang kian merajalela
pun dengan telinga yang telah tertutup dinding tebal
hingga tak mampu dengar suara pinta penuh harap
Kuncup-kuncup tak lagi bisa merekahkan kembangnya
kerdil oleh kebinasaan alam yang meninggalkan biasa
sementara daun-daun meluruhkan badannya yang tua
menapaki tanah kering oleh derunya angin tenggara
Tangan-tangan tak mampu raih kearifan untuk berbagi
dijarah oleh keserakahan dan ketenaran semata
harga diri tak lebih hanya pundi-pundi kekayaan harta
yang bisa dinikmati tak lebih dari malam hingga dini hari
Reguk kenikmatan dimuntahkan dari mulut-mulut berbisa
Ditelan oleh amarah yang membuncah dari derit bumi
Mereka pun hanya berbahak menyeringai tersenyum durja
Melihat burai arak yang masih menyelimuti sekujur diri
Kehidupan kian merana tersandera oleh ketiadaan
Mata, mulut, telinga, kaki, dan tangan yang terbelenggu
Hidup kian parau terkikis oleh tempaan tangan besi
Yang megah duduk di atas kursi singgasana negeri
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar