DUA DUNIA
GORESAN PENAKU / H-428
Senja masih menitipkan keceriaan yang istimewa kala deru kereta api yang membawaku menuju kampung halaman terus melaju. Padi yang menguning semakin berkilau tertimpa merah saga sang senja. Netraku terus memanjakan ilusi yang menampilkan kenangan indah itu.
--
Stasiun kota tengah malam ini terasa dingin. Hilir mudik penumpang kereta yang turun cukup menjadi peredam sunyi yang tetiba hadir menggilas keceriaan hati.
--
"Kamu Mas Dewa kan?" tanyaku pada seorang sopir taksi online yang berada di halaman stasiun. Namun lelaki itu tak menyahut. Aku terus memanggilnya, lalu terkejut ketika sebuah taksi menghantamku dari arah belakang. Aneh, aku tak apa-apa. Tak seperti dua hari lalu saat tubuhku bersimbah darah karena kecelakaan maut itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen pentigrafnya, Bunda. Salam literasi
Alhamdulillah, terimakasih motivasinya, Pak Dede
Siip.... barokalloh...
Alhamdulillah. Terima kasih, Ukhti cantik. Barakallah