Sekelompok mahasiswa melakukan kajian mingguan, dan memutuskan mengunjugi senior favorit mereka yang sudah malang melintang dalam perkaderan. Saat berkunjung, pembicaraan mereka berubah menjadi keluhan mengenai konflik di tubuh organisasi.

Sambil mendengar dengan seksama celotehan juniornya. Ia tak lupa menyajikan cappucino panas dlm sebuah teko yg besar, dan berbagai macam cangkir; ada yg terbuat dari porselen, kristal, gelas, dan gelas plastik. Gelas-gelas itu tentu harganya juga berbeda-beda, ada yang mahal dan ada yang sangat murah.

Lalu, ia mengatakan untuk mengambil cappucino itu sendiri. Ketika setelah semua mahasiwa itu memegang cangkir yang berisi cappucino di tangan mereka.

Senior itupun berkata"perhatikan, semua cangkir yang bagus dan mahal telah diambil. Yang tersisa hanyalah cangkir dari bahan plastik yang kuno dan harganya juga tidak seberapa. Wajar, setiap manusia memang menginginkan hal yang terbaik, namun tanpa kalian sdari masalah dan stres kalian bersumber dari hal kecil itu."

Apakah kalian tak pernah berpikir, jika kualitas cappucino itu tidak akan bertambah walaupun kalian menggunakan gelas yang paling mahal. Yang ada hanya menambah mahal dan sering kali menyembunyikan apa yang kita minum.

Yang kita ingin nikmati sebenarnya adalah cappucino atau cangkirnya??? Tetapo secara tidak sengaja kalian menginginkan cangkir terbaik, lalu mulai membandingkan cangkir kalian masing-masing.

Para mahasiswa itu terdiam seribu bahasa, tak ada sanggahan atau pembelaan lain yang keluar dari mulut mereka.

"Terkadang, kita terlalu menuntut hal yang sempurna dari setiap apa yg kalian kerjakan dan miliki, lalu kalian lupa bagaimana menikmati cappucino yang ada di tangan kalian". Orang-orang yang paling bahagia di atas dunia ini tidak memiliki semua yang terbaik. Mereka hanya berbuat baik dari apa yang mereka punya.

Senior itu terdiam sejenak,

Berusaha menghela nafas panjang lalu mengatakan "hiduplah dengan sederhana dan nikmati yang kalian punya". Dan akhitnya silahkan nikmati cappucino kalian"

Terinspirasi dari tulisan mas cahyo satria wijaya