(Bagian 3)

Sayup-sayup terdengar tangisan ibu gadis belia.

"Apakah aku harus keluar, dan melihat keadaan ibu? Apa yang akan terjadi, apabila seorang gadis seperti ku ikut campur dalam percekcokan ini"?

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat dirinya tertegun sejenak, tetapi segera ia tepis.

"Ah...tak usah dipikir, lebih baik aku melihat keadaan ibu." Pikir si gadis belia.

Ia pun berjalan pelan melangkahkan kaki keluar kamar.

Belum sempat ia mendekati ibunya. Bahadur si bapak gadis belia, dengan suara yang garang penuh emosi mendaratkan telunjuknya tepat di depan wajah gadis belia "lihat....ini akibatnya jika tak mendengar perkataanku."

Bahadur mendesis jengkel dan langsung pergi meninggalkan rumah.

Sedetik kemudian, suasana menjadi hening. Tak ada suara apapun. Sampai isak tangis ibu gadis belia, memecahkan keheningan itu.

Si gadis belia sendiri, tampak seperti orang yang linglung setelah percekcokan itu. Mendadak keberaniannya lenyap. Dari posisi kaki yang kokoh, tiba-tiba gemetar tak karuan.

Hatinya terhenyak melihat keadaan ibunya meringkih kesakitan, di pojok ruangan. Dengan wajah yang penuh lebam. Pikirannya menjadi semakin kacau....sekacau, kacaunya.

"Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah ini karena salahku, mengapa jadi begini?"

.........

Sungai penuh, 27 Feb 2020